Minggu, 11 Maret 2012

[Oneshoot] Selamat Natal Selamat Tinggal



Author : Hana Pratiwi

Genre : Drama

Cast : Yesung & Lee Hyori



Huwe… Aku nggak nyangka bisa nemu ide cerita ini… Ini emang bukan FF pertamaku tapi ini adalah FF oneshoot pertama. Jadi kalau terlalu simple ceritanya harap maklum. Ternyata bikin cerita simple lebih susah ketimbang bikin cerita ribet bin jlimet. Soalnya isi otakku ini udah kayak benang ruwet. Btw… FF ini udah ku revisi jadi yang sudah baca di SJFF, mian disitu banyak kesalahan pengetikan Habis begitu dapet ide langsung ngetiknya ngebut sih. Maksudnya biar idenya nggak keburu lupa eh, malah jadinya banyak salah ketik kata-kata.

Eniwei… Selamat membaca… Aku menerima kok kritik dan saran yang membangun tapi jangan pedes-pedes yah? AKu nggak doyan sambel. (?)



@@@



Ini sudah malam natal, tapi rasanya sukacita menyambut natal tidak kurasakan seperti ditahun-tahun sebelumnya. Rumahku sepi, semua orang pergi dengan kesibukan masing-masing. Yang paling membuatku sedih adalah dia, Si penghuni rumah yang berada tepat disebelahku. Dia sedang sibuk bekerja karena bosnya yang tak tahu aturan itu terus menyuruhnya bekerja tanpa henti meskipun ini malam natal.

Akupun berjalan kebalkon kamarku sambil menatap balkon diseberang sana tempat Yesung-oppa tinggal. Teringat saat-saat kami sering ngobrol disini, saling memandang dan menguntit gerak gerik masing-masing disini pula. Hah… Aku tak sanggup melihat kamar sepi dan gelap itu sekarang. Akupun berbalik dan hendak kembali kedalam kamarku.



“Selamat malam natal Chagi…”

Ucapan lembut yang dikeluarkan oleh seorang namja diseberang sana membuatku terperangah. Otomatis aku berbalik dan melihat kearah balkon yang berada diseberang. Aku sangat terkejut karena tiba-tiba saja dia terlihat ada di balik Jendela diseberang balkon kamarku. Yesung-oppa mulai berjalan keluar ke balkon seraya tersenyum manis padaku.

“Selamat malam natal Yesung-oppa. Kenapa kau tiba-tiba ada disitu? Sejak kapan?” Tanyaku ingin tahu. Aku sungguh-sungguh penasaran. Karena baru tadi kulihat kamarnya gelap gulita dan kini menjadi terang benderang.

“Sejak tadi.” Sahutnya seraya tersenyum simpul. Senyumnya sungguh menggetarkan hatiku.

“Bukankah kau sekarang seharusnya ada Seoul oppa?”

“Aku kembali khusus untukmu Chagi. Aku tidak ingin kau merayakan natal ini sendirian tanpaku. Kesini! Ada hadiah untukmu.”



Ajakannya itu membuatku bahagia sekaligus langsung lari kalang kabut. Aku dengan langkah yang terburu-buru berlari menuju gedung sebelah, tempat Yesung-oppa tinggal. Aku benar-benar ingin cepat bertemu dengannya. Rasa rinduku begitu besar. Kalau sudah sampai disana, aku akan mengutarakan perasaanku padanya. Kami sudah menjalin hubungan dekat selama 8 bulan sejak dia tinggal diseberang rumahku kurang lebih setahun lalu. Tapi sayangnya aku belum pernah mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya. Bibirku terasa kelu setiap aku ingin bicara ‘Saranghae’. Kenapa aku sepenakut itu sih?!



Aku sudah sampai didepan rumahnya dan bermaksud untuk menekan bel. Tapi terlebih dulu aku mematut diriku didepan kaca yang ada dipintu rumahnya. Kurapikan rambutku yang terlihat sedikit acak-acakan. Setelah dirasa sudah penampilanku sudah sipa untuk bertemu dengannya akupun mulai menekan bel dengan wajah sumringah.

“Oppa!” Panggilku sambil memencet-mencet bel tak sabar.

Kenapa tak dibuka juga? Ayolah! Kau mau membuatku mati menahan rindu?

“Oppa!” Panggilku sekali lagi sambil terus memencet bel rumahnya. Tak juga ada tanda-tanda pintu ini akan dibukakan.

Aku jadi jengkel sendiri. Tadi siapa yang menyuruhku kemari? Kenapa sekarang tidak dibukakan pintu? Yesung-oppa! Kau mau mempermainkanku ya?!

Akupun kembali kerumah dengan hati dongkol. Rumahnya benar-benar terlihat gelap gulita. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Akupun sekarang berada dihalaman rumahku. Kulirik kamarnya dari sini. Kamarnya kenapa jadi gelap sekarang? Tadi tidak tuh?! Dimana orang aneh itu?



@@@



“Ya? Dengan siapa ini?” Tanyaku ketika aku menerima telpon dari nomor asing.

“Apa?! Ti-tidak mungkin! Tidak mungkin!!! Yesung-oppa… Tidak mungkin!”

Tanganku mendadak lemas. Ponselku terjatuh dilantai dan aku yang sekarang hendak menaiki tangga untuk kembali kekamar langsung berbalik arah. Kembali ke rumah Yesung-oppa disebelah. Sesampainya disana, kuketuk-ketuk pintunya sekuat tenaga. Ketika tanganku sudah mulai sakit kupencet-pecet bel secara membabi buta. Tapi Yesung-oppa tak kunjung membuka pintu. Jangan-jangan yang dikatakan perawat di telpon tadi benar! Yesung-oppa sudah… Tidak mungkin! Aku tadi melihatnya ada diseberang kamarku. Wajahnya nyata! Aku tidak bermimpi. Dia tadi ada dikamarnya mengucapkan selamat malam natal padaku. Lalu bagaimana bisa dia ada dirumah sakit dan…



@@@



“Oppa!!!”

Aku menangis histeris disamping peti mati. Memandanginya dengan airmata yang mengalir deras. Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat sekarang. Yesung-oppa terbujur kaku didalam peti. Wajahnya diam, begitu pucat dan matanya tertutup rapat. Mana senyumnya yang selama ini selalu kulihat?

“Hyori… Tenanglah!” Sahabatku Mika merangkulku dan menyuruhku untuk duduk dan menenangkan diri namun aku tetap saja tak menghiraukannya. Terus kupegang pinggiran peti itu dengan suara tangisan yang semakin pilu. Aku ingin terus menatap wajahnya. Aku tidak rela kehilangan dia. Aku belum mengatakan padanya bahwa aku juga mencintainya.

“Oppa!!! Bangun!” Teriakku histeris.

Sekarang ibukulah yang menghampiriku dan menyuruhku untuk tenang sambil memelukku. Dia memapahku dan sedikit memaksaku untuk menjauh dari peti itu karena peti itu akan ditutup.



Ketika pemakaman sudah selesai. Rasanya hatiku masih begitu berat untuk melepasnya pergi. Aku masih terus setia duduk disamping pusaranya, tak mau beranjak pergi. Kupandangi Ibu Yesung-oppa yang juga duduk tepat didepanku. Diapun menangis sedih sepertiku. Dia yang hanya punya satu-satunya putra, kini harus mulai hidup sendiri. Kuhampiri ibu Yesung lalu kamipun saling berpelukan dan menangis bersama dikubur Yesung-oppa yang semakin lama semakin sepi orang.



@@@

Flashback…



Aku sangat bahagia ketika Bu Direktur mengijinkanku pulang lebih awal. Ini malam natal dan aku harus segera pulang merayakannya dengan orang yang paling spesial di hatiku. Lee Hyori, pasti kau mengharapkanku datangkan? Aku akan membuat kejutan untukmu.

“Hyori-ah, pasti kini kau lagi manyun sendirian karena mengira aku tidak pulang. Hahaha... Seperti apa ya wajahnya saat melihatku pulang?” Gumamku sambil mengendarai mobilku dengan laju yang makin kencang.



Ketika aku melihat toko bunga tak jauh didepanku akupun menepi untuk membeli beberapa tangkai Chrissant untuknya. Hyori sangat suka bunga Chrissant, padahal menurutku mawar jauh lebih cantik dan harum daripada bunga itu.

“Trimakasih pemuda tampan.” Kata nenek penjual bunga.

Aku tersenyum padanya seraya menerima sebucket Chrissant, setelah itu keluar dari toko menuju mobilku yang terparkir didepan toko.



“Hei! Apa yang kalian lakukan pada mobilku!” Hardikku ketika melihat 3 orang laki-laki sedang mencongkel-congkel pintu mobilku dan berusaha membukanya dengan paksa.

Mendengar suaraku mereka bukannya kabur tapi malah menghujaniku dengan tatapan tajam. Merekapun berhenti melakukan aktifitas negatifnya itu dan berjalan kearahku. Kini mereka mengepungku.

“Itu mobilmu ya? Bagus sekali. Apa boleh untukku?” Tanya salah seorang pria yang tengah membawa besi mirip linggis itu sambil menyeringai.

Mendadak aku merasakan hal buruk akan terjadi padaku. Aku menengok kanan kiri. Tempat ini sungguh sepi tak ada orang lain selain mereka bertiga dan aku. Aku harus bagaimana?

“Ap-apa mau kalian?” Tanyaku agak-agak takut.

“Kan sudah kubilang mobil.”

“Ak-aku akan memberi kalian uang tapi tolong pergilah.”

“Mana uangmu!”

Kukeluarkan dompetku dari saku celanaku. Belum sempat kuberikan salah seorang dari mereka langsung merampasnya.

“Tunggu! Ada yang mau aku ambil.”

“Ah, tidak perlu!”

“Aku mohon kembalikan cincin yang ada dalam dompet.” Pintaku.

“Cincin ini ya? Kayaknya mahal nih!” Ucap salah seorang pria seraya membawa cicin itu dan memamerkannya didepanku.

“Kembalikan!” Aku menghampirinya dan berusaha merebut cincin itu dari tangannya.

“Tidak akan! Dong So! Ambil kunci mobilnya, geledah dia kalau-kalau masih ada uang disaku pakaiannya.”

“Tidak! Jangan! Kalau kau ambil bagaimana aku pulang?”

“Aish! Itu bukan urusanku!” Ucap pria yang dipanggil Dong So itu dan menggeledahku. 2 orang lainnya memegang lenganku sehingga aku tak bisa berontak.

“Kalau begitu kembalikan cincinku. Hanya cincinku saja!” Aku mencoba menawar lalu berusaha melepaskan diri dari mereka.

“Sialan kau berani melawan?”

“Buagh!" Laki-laki yang ada disebelah kananku memukul perutku. Aku meringis kesakitan. Tapi aku harus mengambil cincin yang akan kuberikan pada Hyori.

“Kembalikan! AKH!”

Rasa sakit yang tak terkira datang di kepalaku. Kepalaku berdenyut-denyut. Mataku seketika buram. Aku berdiri dengan sempoyongan. Kuraba kepala bagian belakang. Terasa basah, kupandangi telapak tanganku setelah itu sayup-sayup terlihat tanganku berwarna merah karena darah. Akhirnya aku limbung dan jatuh tersungkur. Kulihat semuanya gelap. Rasa sakit ini sangat...



Flashback end…



@@@



Sehari setelah pemakaman Yesung… Dirumah Hyori…



“Chagi, saranghae...”

Aku terperanjat ketika suara Yesung-oppa sayup-sayup terdengar.

“Oppa? Kaukah itu?”

“Chagi, neomu neomu saranghae...” Mendengar suaranya, airmataku kembali menetes.

Kuturuni ranjangku dan berjalan kebalkon mengikuti suara Yesung-oppa. Terlihatlah dia sekarang, di seberang sana tersenyum padaku. Kamarnya yang gelap, malah membuatku bisa melihatnya dengan jelas sambil terus menangis.

“Chagi, selamat natal dan selamat tinggal... Hiduplah dengan baik tanpa aku...” Setelah mengatakan hal itu kulihat Yesung-oppa perlahan menghilang.

“Oppa! Jangan pergi!” Teriakku sambil mengulurkan tanganku berharap dia dapat meraihnya. Aku tidak rela melihatnya menghilang.

“Oppa! Akh!” Aku terus mengulurkan tangan sekuat tenaga.

Tubuhku yang berusaha menjangkau balkon kamarnya malah jatuh dan mendarat mulus ditanah. Aku merasa pusing. Badanku sakit semua tapi langit malam diatas sana terlihat terang. Kuulurkan tanganku keatas supaya silaunya langit sedikit terhalang oleh tanganku tapi akhirnya aku pingsan atau mungkin mati...



@@@



Mataku terbuka pelan-pelan. Kurasakan tubuhku tak sakit lagi. Saat aku bisa melihat dengan jelas, kulihat Yesung-oppa duduk disampingku yang sedang terkapar. Wajahnya terlihat marah. Ekspresi yang tak pernah kulihat sebelumnya. Akupun bangun dan duduk disampingnya.

“Oppa? Kenapa kau marah?” Tanyaku sambil bersandar di bahunya.

Dia tak menjawab. Wajahnya begitu serius.

“Oppa! Ah! Aku dimana? Kenapa semua terlihat putih.”

Baru kusadari bahwa semuanya yang ada disekitarku berwarna putih termasuk Yesung-oppa yang berpakaian putih kecuali aku. Aku masih memakai baju yang kupakai saat aku terjun tadi.

“Apa aku sudah mati?” Tanyaku padanya saat kusadari mungkin sekarang aku sudah berada di alam baka.

“Kalau kau benar-benar mati, aku akan sangat marah padamu.” Jawabnya ketus. Lalu menatapku dan kedua tangannya mencengkeram bahuku.

“Chagi, aku ingin melihatmu hidup bahagia. Bukan berakhir seperti ini! Aku sangat mencintaimu karena itu hiduplah dengan baik. Maka aku disini akan melihatmu dengan bahagia pula.” Ucapnya seraya menatapku lekat-lekat.

“Tidak! Aku akan disini bersamamu oppa.” Tolakku dan langsung memeluknya erat-erat. Aku benar-benar tidak mau melepas pelukan itu sedetikpun.

“Apa kau tidak memikirkan orang tuamu dan orang-orang lain yang menyayangimu Chagi?” Oppa mendorongku dan membuatku harus melepaskan pelukanku.

“Tapi aku ingin bersamamu oppa! Apa kau sudah tidak mau bersamaku?” Tanyaku dengan perasaan tak rela. Mataku mulai berkaca-kaca.

“Pergilah kesana…” Yesung-oppa menunjuk sebuah pintu yang besar diujung sana. Lalu lanjutnya, “Kembalilah pada mereka. Dunia kita sudah sekarang berbeda Chagi. Aku memang ingin bersamamu tapi bukan dalam keadaan seperti ini. Kau masih bisa melanjutkan hidupmu. Pergilah.”

“Tapi…” Aku terdiam. Ada hal yang sangat ingin aku ucapkan padanya namun begitu sulit untuk kukeluarkan.

“Pergilah…” Yesung-oppa berdiri dan menarik tanganku. Memintaku untuk mengikutinya berdiri juga.

“Oppa… Cup!” Akupun langsung memeluknya dan menciumnya.

“Saranghae…” Ucapku lirih tepat ditelinganya setelah itu memandangnya yang masih berada dalam pelukanku. Rasanya sangat berat melepaskan pelukan ini. Namun harus kulepaskan. Akupun melepaskan tanganku yang melingkar di lehernya.

“Aku tahu kalau kau mencintaiku. Tanpa kau mengatakanpun aku tahu Chagi. Karena itu sejak dulu aku tidak pernah memintamu untuk mengatakannya. Terima kasih sudah mencintaku dan mengisi hidupku dengan kegembiraan Chagi. Selamat tinggal..” Yesung-oppa pun balik memelukku dan kamipun kembali berciuman.



Akupun berjalan perlahan dengan perasaan tak rela sambil terus menoleh kebelakang memandang Yesung-oppa yang terus melambaikan tangannya dan tersenyum. Perlahan namun pasti akupun sampai pada pintu besar itu dan memasukinya. Langit didepanku kembali silau. Sampai aku harus memejamkan mata.



@@@



“Oppa…” Ucapku lirih. Tubuhku rasanya sakit semua dan mataku terasa begitu berat untuk terbuka.

“Hyori-ah… Kau sudah sadar?! Pak! Anak kita sudah sadar.” Kudengar sayup-sayup suara ibuku. Kubuka mataku pelan-pelan. Ternyata memang ibu. Wajahnya terlihat gembira melihatku sadar kembali.

“Dimana aku?” Tanyaku. Karena sekelilingku masih berwarna putih dan tercium bau obat yang lumayan menyengat.

“Kau dirumah sakit Hyori-ah.” Jawab ibuku.

“Syukurlah kau sadar… Ibu sangat kawatir padamu Hyori!” Ibuku langsung memelukku dengan berurai airmata.

“Auw! Ibu sakit.” Aku meringis kesakitan karena pelukannya.



Melihat mereka, orang tuaku yang begitu mengkawatirkanku. Seketika aku sadar. Apa yang Yesung-oppa bilang padaku benar. Banyak orang yang akan sedih jika kehilangan aku sehingga aku tidak boleh berbuat egois dengan mengikuti egoku sendiri untuk meninggalkan mereka. Mereka pasti akan sangat bersedih seperti aku yang sangat bersedih dengan kepergian Yesung-oppa.

“Yesung-oppa, aku takkan melupakanmu dan kenangan kita. Sampai jumpa… Suatu hari nanti kita pasti akan bertemu lagi…” Batinku.

-END-

Seasons By Jin Akanshi




Kirei ni saita haru no hana
Boku no me ni wa so utsuranai
Kimi ga koko ni inainara
Kono sekai ni miru mono wanai nothing matters
So now I' m sitting in the dark
Missing your light that you brought to my life and it just ain' t fair
Kimi ni todoku you ni I swear

I'd rather have a rainy day with you than seein' sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you in my arms
I' ll be your shelter from the storm just to have you by my side
Ima aerunara
Ima aerunara

Ima mo utsukushii kagayaki miru tabi ni
Kimi no hohoemi omoidasazu ni Irarenai
Kimi no kake-ra o atsume teshimau
Kasumu kioku no nakade wa aerunoni

I' d rather have a rainy day with you than seein' sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you in my arms
I' ll be your shelter from the storm just to have you by my side
Ima aerunara
Ima aerunara

I need you back with me baby
So baby come back to me
So would you come back to me
You know ima my life without you kaketa ai no uta

Ima natta no imi o anata ni utau to shitara
Anata e to utau watashi no kotonoha wa
Dakishimeta kazu dake kizutsuite kudeshou

I' d rather have a rainy day with you than seein' sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you in my arms
I' ll be your shelter from the storm just to have you by my side
Ima aerunara
Ima aerunara

English Translation

The spring flowers are born beautifully
But this image does not appear that way in my eyes
If you're not here
I see nothing in this world nothing matters
So now i'm sitting in the darkness
Missing the light that you brought to my life and it just ain't there
I'll catch you up.. I swear

I'd rather have a rainy day with you than see the sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you here in my arms
I'll be your shelter from the storm just to have you by my side
If i could find you
If i could find you

Now every time i see a beautiful shine
I just remember her smile
I just picking up your pieces
I'll meet you in the midst of vague memories

I'd rather have a rainy day with you than see the sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you here in my arms
I'll be your shelter from the storm just to have you by my side
If i could find you
If i could find you

I need you back to me baby (baby)
So baby come back to me
So would you come back to me
You know.... Now... My life without you a broken love song

If i sing a song with your meaning
My words sung to you
The amount of hugs will only hurt me more

I'd rather have a rainy day with you than see the sunshine alone
Or have a hundred days of winter with you here in my arms
I'll be your shelter from the storm just to have you by my side
If i could find you
If i could find you