Selasa, 13 September 2011

over the rainbow 1

BAB I
UNPREDICTABLE


Aku melangkah setapak demi setapak dengan membawa sebucket bunga untuk kakakku. Kuhembuskan nafas panjang, memandangi sekelilingku sambil mengingat masa lalu. Masa-masa dimana saat aku masih tinggal bersama kakakku. Entahlah, saat ku ingat-ingat sepertinya tidak ada kenangan manis yang tertinggal dimemoriku. Kami jarang sekali terlihat akur. Hampir setiap hari aku membuat gara-gara yang menyebabkan aku bertengkar dengannya. Yah! Setidaknya itulah anggapan orangtuaku. akulah yang sering disalahkan. Mereka anggap akulah penyebab pertengkaran kami. Benarkah? Mungkin saja. Aku dulu hanya merasa iri dengannya. Karena dia pendiam, penurut, pintar & bisa dibanggakan, maka kedua orangtuaku sering memujinya & lebih memperhatikannya. Hei!!! Ayah, Ibu. Lihat aku sekarang, tanpa bantuan kalian aku bisa berhasil. Apa kalian sekarang bangga padaku?

Dasar bodoh. Apa yang kupikirkan? Harusnya sekarang aku berduka bukannya membanggakan diri. Apa-apaan aku ini. Saat aku melangkah memasuki areal pemakaman, aku terkaget mendengar lantunan suara biola yang samar-samar. Setengah tidak percaya dengan pendengaranku, aku mengikuti suara itu.
“Su..Suara darimana? Tidak mungkin kalau itu hantu? Mana ada hantu disiang bolong begini?” Gumamku. Semakin dekat semakin terdengar dengan jelas suara biola itu.
“Lagu ini...sepertinya aku pernah mendengarnya?” Batinku. Hingga akhirnya aku hanya berjarak sekitar 5 meter darinya, aku melihat sesosok wanita berambut panjang, memakai kemeja lengan panjang berwarna hitam & rok sebatas lutut berwarna hitam pula. aku tak tahu seperti apa rupanya karena posisinya membelakangiku namun aku tetap bisa memastikan kalau dia bukan hantu. Mungkin karena terlalu hanyut dengan permainan biolanya, dia tidak menyadari kehadiranku. Lama-lama aku seperti tersihir dengan permainannya yang mengalun dengan lembut. Hingga lagu itu berhenti, aku tetap mematung tak bersuara. Sejuta Tanya muncul dalam benakku. Dengan rasa penasaran aku mencoba melihat wajahnya. Kini aku hanya mendengar isak tangis yang lirih darinya & beberapa detik kemudian aku mendengar dia berbicara dengan suaranya yang serak. Mungkin karena terlalu banyak menangis.
“Apa kau suka lagu yang kumainkan untukmu? Over The Rainbow, lagu yang sangat kau sukai. Sekarang aku hanya bisa memainkannya untukmu. Aku minta maaf baru mengunjungimu. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan setelah kau tiada. Kau sangat berarti bagiku Al.” Terdengar suara yang begitu terasa getir dibalik pohon itu. Sepertinya wanita ini begitu merasa kehilangan dengan kepergian seseorang. Huh, aku merasa malu karena baru beberapa menit lalu aku malah berpikiran buruk tentang saudaraku. Padahal dia baru saja meninggal beberapa hari yang lalu. Eh! Tunggu! Tunggu dulu! Bukankah aku kesini bertujuan untuk melihat makam saudaraku tapi kenapa kakiku malah menghampiri wanita itu? Aku kembali mengingat tujuanku kesini setelah terhipnotis oleh suara biolanya. Aku kembali mengingat-ingat letak posisi dimana Arya dimakamkan. Kata ibuku ada dibawah pohon ketiga setelah jalan masuk.
“pohon ketiga ya? coba kuhitung. Satu.. dua.. ti.. loh? Didepanku inikan pohon ketiga? Lalu..” Belum kulanjutkan kata-kata yg setengah berbisik.
“Audrey!!!” Kudengar ada suara teriakan seseorang.
Aku menoleh kearah suara itu & kulihat sesosok pria separuh baya berlari kearah kami. Kupikir sepertinya mereka saling kenal, yah! Mungkin keluarganya. Kami bertigapun saling memandang. Wajah mereka terlihat begitu terkejut saat memandangku, seperti melihat hantu saja. Malahan jika harus dibandingkan dengan hantu yang lebih cocok adalah wanita itu. Wajahnya begitu pucat & terlihat lesu. Memangnya ada apa denganku? Memangnya aku ini hantu?
“Al…?!” Teriak wanita itu dengan suara yang serak.
Aku terkejut, kenapa dia memanggilku Al. Apa makam yang dia datangi itu makam… Ah tidak! Wanita itu memanggilnya Al bukan Arya.
“Al.” Sekali lagi wanita itu memanggilku & melangkah mendekatiku dengan berlinangan air mata sedangkan laki-laki separuh baya itu berdiri mematung tak berkata apa-apa.
Aku tetap mematung seakan-akan kuterhipnotis oleh wajahnya yang menyiratkan kesedihan yang sangat dalam. Hingga akhirnya dia ada didepanku terus dengan mengalirkan air mata. Perlahan-lahan & dengan wajah yang tetap terkejut dia mengulurkan tangan sepertinya ingin menyentuh wajahku. Namun belum sempat keinginannya itu tercapai wanita itu langsung tak sadarkan diri seperti pohon yang tumbang, langsung pingsan didepanku. Dengan pikiran yang bertanya-tanya siapa dia & rasa kaget, aku menangkapnya agar tubuhnya yang lemah itu tidak jatuh ketanah & terluka. Laki-laki separuh baya yang sejak tadi terdiam dengan reflek berlari kearahku, mengambil alih wanita itu dari tanganku. Akupun menyerahkannya tanpa bertanya apapun karena mulutku mendadak terkunci. Dia memandangku beberapa detik lalu membalikkan badan & pergi begitu saja tanpa memberikan penjelasan padaku atas apa yang terjadi sekarang. Semakin laki-laki itu melangkah semakin jauh & tubuhnya menjadi semakin mengecil dari pandanganku, semakin besar pula pertanyaan dalam benakku. Benar-benar hari ini adalah hari yang begitu mengejutkan. Saat tubuh kedua orang itu menghilang dimakan waktu aku membalikkan badan melanjutkan niatku untuk menyambangi makam kakakku, Arya. Saat kulihat nama sang empunya makam tersebut aku baru tersadar ternyata wanita itu memang berada dimakam Arya. Itulah sebabnya dia memandangiku seperti melihat hantu.
“Arya, siapa wanita itu? Sepertinya kau begitu berarti baginya. Ah! Betapa beruntungnya dirimu karena ada orang yang begitu tulus menyayangimu.” Gumamku. Sambil duduk dengan posisi berjongkok kuletakkan sebucket bunga yang kubawa sejak tadi diatas pusaranya.
Dalam hati, aku memanjatkan doa untukmu Arya. Kalau tahu kau akan pergi begitu cepat aku pasti akan bersikap baik saja dulu. Memang nasib tak bisa diramalkan.

-------^_^-------

“Kukuruyukkk” Suara ayam berkokok membangunkanku dari lamunan bukan tidur karena aku hingga pagi ini belum terpejam juga. Kenapa aku terus memikirkan wanita itu? Aku merasa penasaran, siapa dia? Kenapa dia begitu merasa kehilangan Arya… bahkan harus kuakui kesedihannya lebih besar dariku. Padahal aku ini saudaranya. Memang aku merasa kehilangan tapi dia seperti kehilangan jiwa atau hidupnya sendiri.
Walau sudah pagi namun aku tidak punya niat untuk beranjak dari tempat tidurku ini. Malas rasanya menghadapi keheningan dirumah ini. Kemarin pagi saat aku baru datang dirumah ini, aku disambut dengan isak tangis ibu, sedangkan ayah, aku tidak tahu kemana. Kata ibu ayah sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali. Lalu tadi malam saat kami bertiga makan malam. Ayahku tidak berkata sepatah katapun kepadaku. Setelah selesai makan dia langsung pergi melakukan aktifitasnya sehari-hari yaitu membaca. Karena aku merasa diabaikan, akupun langsung kekamarku setelah selesai makan.
Aku menatap kelangit-langit rumah dengan tanganku yang berubah fungsi menjadi bantal. Hening sekali kamar ini pikirku. Sudah berapa tahun ya aku tidak tidur didalamnya? Entahlah aku malas menghitung. Pokoknya sejak aku SMU kelas 2. Saat itu aku ingat, aku keluar dari sekolah karena ikut tawuran bersama teman-temanku. Tawuran itu disebabkan karena aku mengikuti balapan liar dengan motor yang kujadikan barang taruhan karena aku tidak membawa uang waktu itu & karena keyakinanku akan kemenangan yang membuatku harus mengikuti balapan itu. Hasilnya aku kalah, kehilangan motor & karena aku tidak terima kekalahan karena merasa dicurangi terjadilah tawuran itu. Setelah itu kami semua sempat menginap sehari di kantor polisi & karena ayahku membayar jaminan akupun keluar dari bui namun sekaligus keluar juga dari sekolah. Dari semua perlakuan ayahku waktu itu yang paling membuatku tidak terima adalah dia mengatakan aku “sampah yang tidak berguna”. Dipukuli, digiring polisi, dikeluarkan dari sekolah, dihajar & dimarahi habis-habisan olehnya bahkan diasingkan kerumah nenek di Yogya aku masih bisa terima tapi dikatakan aku ini sampah aku benar-benar tidak terima. Mulai saat itu aku bertekad aku harus menjadi orang yang sukses & membuktikan bahwa kata-katanya itu salah besar.
Sekarang karena bakat, kesempatan & tekadku yang besar aku bisa berhasil. Ayah lihatlah! Dengan kelebihanku yang ayah anggap tidak berguna aku bisa sesukses ini menjadi seorang rocker yang banyak dibanjiri job, walaupun band Indie namun penggemar fanatic kami lumayan banyak & tersebar di hampir seluruh pulau jawa. Semua yang kuraih ini tidak ada campur tanganmu sedikitpun. Oh! Ada! Kalau kau tidak mengatakan aku ini “Sampah” mungkin aku sekarang tidak menjadi seperti ini. Terima kasih.

-------^_^-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar