Senin, 21 April 2014

[Short Story Reading Challenge] Sepanjang Musim




Spesifikasi Buku
Judul : Sepanjang Musim
Penulis : Karina Ayu Pradita, Garai Rakai Sambu, Asya Azalea, Aveus Har, Ovita Sari, Bagas Prasetyadi
Penerbit : Media Pressindo, 2013
Penyunting : Fatimah Azzahrah
Jmlh. Halaman : 184 halaman
Sinopsis :
Kamu dan aku terjalin dalam rangkaian musim. Menumbuh dalam satu rasa yang disebut cinta. Berbahagia dalam dimensi yang kita pahami sendiri.
Tapi, rupa-rupanya musim selalu bergulir.
Ada kalanya tandus menyelimuti setiap ujaranmu. Ada kalanya gerimis berjatuhan pada sepasang mataku. Ada kalanya kamu perlu meliburkan curahan sayangmu meski musim liburan masih jauh. Ada kalanya aku lebih tergiur pada aroma setumpuk durian daripada aroma tubuhmu. Ada kalanya… kita tak sejalan kemudian memelihara kesakitan.
Tapi tak perlu terjebak dalam ruang khawatir.
Memang begitulah siklusnya. Kita bahagia, sakit llu bahagia lagi. Begitulah caramu dan caraku, mungkin juga cara miliaran manusia lainnya untuk menemani musim musim. Sepanjang musim…
Sebut saja ini kumpulan kisah sederhana, kumpulan kontemplasi, mungkin juga kumpulan cara memaknai cinta…
***

1. Before the Rain
Karina Ayu Pradita sukses bikin saya gemes dan kepingin jitak tokoh cowok di sini. Kok ya nggak gentle banget ya jadi orang. Memangnya bisa hanya mengamati saja tanpa mau maju lantas mendapatkan cewek yang ditaksir? Namun akhirnya saya menyadari, berteori itu mudah tapi mempraktekan sungguh susah apalagi dulu saya juga pernah mengalami hal seperti itu hingga akhirnya dengan penuh penyesalan saya harus merelakan ‘dia’ bersama yang lain. (Kenapa ujung-ujungnya malah curhat sih?)

2. After the Rain
Sepertinya di cerita sebelumnya Karina Ayu Pradita sengaja menggantung cerita agar cerita kedua ini bisa ditulis. Di sini, penulis menuliskan dari sudut pandang si cewek yang di cerita pertama menjadi objek pengamatan cowok pengecut yang menaksir dia. Di sini Kemala yang memiliki masa lalu menyakitkan akan hubungannya dengan seorang cowok membuat gadis ini takut untuk memulai lembaran baru. Pesan-pesan singkat yang sebenarnya sangat simple dari cowok toko depan membuatnya akhirnya memilih bahwa dia memang harus move on.

3. Selamat Datang, Cinta
Garai Rakai Sambu, penulis cowok yang menulis dari sudut pandang cewek. Ceritanya unik dan terkadang bikin senyum-senyum sendiri karena si cowok misterius yang nggak sengaja Nia temui cukup kuat karakternya. Mereka sama-sama tak saling mengenal dan dalam setiap kejadian mereka juga tak saling memperkenalkan diri namun mereka seperti memiliki chemistry. Nia yang kekanakan dan berpikiran pendek ingin mengakhiri hidup namun harus selalu terhalang oleh cowok misterius ini. Dan yang paling saya suka adalah cara cowok ini menghalangi Nia bunuh diri nggak pasaran. Dia nggak terang-terangan menghalangi tapi malah yah… kalau penasaran silakan baca sendiri. Hehehe…

4. Sesederhana Cinta
Simpel tapi manis sekaligus bikin senyum ketika selesai saya baca. Asya Azalea menuliskan dengan gaya bahasa yang ringan jadi yang suka baca untuk sekedar dibuat hiburan silakan dibaca buku ini. Tapi… Ada hal yang saya temukan dan bisa jadi bahan belajar di sini. Terkadang alasan sederhana pun bisa berdampak besar. Seperti di cerita ini. Si cewek yang begitu menggilai Durian merasa tak menemukan chemistry pada pacarnya karena sang pacar malah membenci buah favoritnya itu hingga akhirnya dia menemukan seseorang yang sama-sama menyukai buah itu dan dia bisa menjadi dirinya sendiri. Dan ternyata, sang pacar juga merasakan hal yang sama.

5. Cinta di Ujung Senja
Ini karya Aveus Har yang membuat saya trenyuh. Mereka sudah tua renta dan bahkan salah satunya sudah pikun tapi rasa cinta tak pudar juga. Hanya janji yang selalu dipegang si neneklah yang membuatnya bertahan menanti. Dan akhirnya karena pertolongan kekasih sang cuculah sebuah rahasia keluarga yang tersimpan lama terkuak sudah. Pasangan yang sama-sama saling menanti bertemu.

6. Bola Cinta
Ovita Sari membuat saya membaca kisah diri sendiri. Seorang gadis tomboy yang mulanya tak menyukai bola namun akhirnya menjadi gila bola ketularan sosok Bayu. Kania Rahmanda mirip saya. Dikelilingi teman-teman yang mayoritas cowok dan… endingnya juga sama kayak saya. Nggak berakhir bahagia.

7. Pulang ke Hatimu
Musim liburan pas lebaran jadi setting yang pas di cerpen karya Garai Rakai Sambu ini. Cinta pada pandangan pertama yang terjadi di antara dua orang yang tak pernah saling mengenal ini membuat saya mengerti betapa cinta tak memerlukan waktu lama untuk tumbuh. Mereka berdua seolah memang ditakdirkan untuk bersama karena tahun selanjutnya meski janji bertemu kembali di gerbong kereta tak bisa dipenuhi oleh sang gadis tapi mereka dipertemukan dengan cara lain.

8. Tentang Hak Pilih
“Cinta yang tidak terucap ternyata jauh lebih punya arti.” (hal. 107)
Salah satu quote yang kena telak di hati. Terkadang perasaan tak perlu diungkapkan. Menurut saya bukan Karena terlalu pengecut tapi kadang kalau sebuah perasaan sudah terungkap malah merusak segalanya—persahabatan misalnya.
Pasti komentar di atas agak tidak nyambung dengan isi cerita yang dibuat Asya Azalea. Di sini ditulis dari sudut pandang seorang istri yang jenuh oleh suami yang selalu memikirkan sang mantan. Dia sudah lelah bersabar dan akhirnya memilih untuk bercerai. Tapi ending-nya, akhirnya dalam igauan sang suami, dia menyebutkan nama istrinya bukan sang mantan sehingga pembaca dibiarkan menebak apakah sang istri jadi bercerai atau tidak. Soalnya sang istri masih menyimpan perasaan sayang pada suaminya.

9. Harusnya Kita Putus
Saya kira Ame akan bernasib sama dengan kedua sahabatnya rupa-rupanya… Cerita yang sederhana dan tak tertebak juga manis. Kadang-kadang pacaran itu dijadikan alasan beberapa orang—termasuk orang tua—menjadi penghalang naiknya prestasi sekolah. Padahal kan itu tergantung masing-masing individunya. Aveus Har berhasil bikin saya mengingat kembali masa-masa sekolah dulu.

10. Musim Termanis
Si kembar indentik Rendy dan Randy berhasil bikin saya senyum-senyum waktu baca. Dua pribadi berwujud nyaris sama tapi berkarakter beda. Entah kenapa saya suka dengan karakter Randy daripada sang tokoh ‘aku’ Rendy. Karakter Randy lebih unik. Ketengilannya yang bikin senyum.

11. Wake Me Up When September End
Saat membaca, di awal agak kurang mengerti apa penyakit Tari karena tampknya dia baik-baik saja dalam segi fisik. Terus di cerpen-cerpen sebelunya semua memakai sudut pandang pertama tadi ini tidak. Jadi agak kurang bisa merasakan perasaan Tari. Interaksinya dengan Rangga saat tahun baru pun dipercepat jadi kurang jelas apa yang membuat keduanya cocok—selain nasib yang hampir mirip tentunya.

12. Moonlight Becomes Sunshine
Ini cerpen kedua Bagas. Dan ternyata merupakan kelanjutan dari cerpen Wake Me Up When September End. Ini ditilik dari sisi Rangga. Kehidupannya diceritain dan… lagi-lagi saya merasa kesedihan, kemalangan seorang Rangga kurang tersampaikan. Saya tak bisa merasakan kesedihan kehilang seluruh anggota keluarga sewaktu membaca cerita ini.

Minggu, 06 April 2014

[Short Story Reading Challenge] Biasa Bercerita




-Spesifikasi Buku-
Judul : Biasa Bercerita
Penulis : Nana Tedja
Penerbit : Esensi - Erlangga Group
Sinopsis :
"Aku ingin membunuh Ayah!" Kalau seorang laki-laki mengatakan ini, Sangkuriang misalnya, maka hal ini sudah tidak mengherankan lagi. Malah sudah semestinya begitu, paling tidak dalam fiksi. Inilah yang disebut arketipe sastra itu, atau klise sastra patriarki. Bahkan Jim Morrison dari The Doors pun yang meneriakkannya! Membunuh bapak, maka aku ada. Makanya, bunuhlah bapakmu, Nana! Lantas bagaimana dengan Ayu Utami dan Djenar? Mereka! Hahaha...
-Saut Situmorang

Para Bapak, bacalah karya Nana Tedja. Jangan nggak. Daripada dibunuh anak.
-Arswendo Atmowiloto

Dan Endorsemen yang lain... (Reviewer males ngetik #plak :P )
***

Tak ada blurb di belakang buku. Hanya berderet-deret endorsemen dari orang-orang terkemuka, membuat saya tergelitik untuk mencomot buku ini dan dibaca langsung di Perpusda--karena dengan bodohnya saya meninggalkan kartu anggota sehingga tak bisa membawanya pulang.

Buku ini menarik. Cerita di dalamnya beberapa tak tertebak dan memiliki nilai positif yang bisa dipetik. Dan hanya perlu waktu membaca sekitar 2 jam untuk bisa menyelesaikan bacaan ini karena bukunya lumayan mungil dengan isi 9 cerpen saja dengan judul-judul sebagai berikut :
1. Ayah Durhaka
2. Buku Biru
3. Lilin-lilin Kecil
4. Para Pembantu
5. Keyakinan Wage
6. Karma Sudra
7. Hadiah Ultah untuk Papa
8. Cerita Dokter Ardi
9. Si Cantik Medeline

Saya membuka buku ini dan langsung melahap cerpen pertama yang berjudul, "Ayah Durhaka". Menceritakan tentang sebuah keluarga yang memiliki seorang kepala keluarga yang keras, kasar dan egois. Anak sulung berusaha membujuk sang adik yang bekerja di Singapore untuk pulang. Namun setelah mau pulang, dia malah dimaki-maki ayahnya karena tak pernah mau pulang. Karena memiliki ayah seperti itu pula si adik ini selalu berganti-ganti pacar. Dia memiliki dendam dan trauma tersendiri pada ayahnya.

Di sini saya mampu melihat betapa kebencian gadis ini begitu dalam hingga dia begitu ingin membunuh sang ayah yang untungnya bisa digagalkan sang kakak. Betapa dua bersaudara ini meski sama-sama mendapat perlakuan kasar sejak kecil oleh sang ayah, tumbuh menjadi sosok yang berbeda.

Sebenarnya cerpen ini bagus dan dengan bahasa yang santai saya dapat menikmatinya namun cerpen ini seolah tak tuntas. Sang ayah yang jahat dan mendapatkan ganjaran atas perbuatannya.

Hampir semua mengangkat cerita tentang ayah kecuali cerpen terakhir. Cerpen yang berjudul "Si Cantik Medeline". Seolah cerpen ini hanya pelengkap. Berkisah tentang pemuda yang bekerja di Filipina dan jatuh cinta pada gadis bernama Medeline. Cerita standart yang tak begitu saya suka.

Setelah menyelesaikan semua cerpen ini, saya memfavoritkan cerpen yang berjudul, "Karma Sudra". Kisah seorang wartawati, Karma yang berusaha membalas dendam atas kematian ayahnya. Konfliknya rumit namun membuat saya bertanya-tanya dan akhirnya salah menuduh tersangka. Ceritanya benar-benar tak tertebak dan otomatis membuat saya juga ikut berpikir menganalisa siapa pelaku pembunuhan dan apa motifnya. Berasa membaca kisah detektif.
***

Sabtu, 05 April 2014

[Short Story Reading Challenges] a Day Wish




Spesifikasi buku

Judul : a Day Wish
Penulis : Furry Alyne
Penerbit : Antarnusa
Terbit : 2013
ISBN : 978-602-18405-8-0
Jml Hal. : 99 halaman
Sinopsis :
"Hati sulit ditebak, hati sulit dibaca..."
Kadang orang tidak mengerti apa yang diinginkan hati. Tapi hari ini aku merasa senang membuatmu merasa cemburu. Sungguh, aku merasa senang. Setidaknya aku jadi tahu kalau kamu masih punya rasa itu. Rasa cinta yang aku sendiri pun mungkin tidak menginginkannya.
Tapi siapa yang memikirkannya?
Aku tak pernah mengikat hatiku sendiri.
Aku tak pernah mengurungnya di dalam jeruji-jeruji pesonamu.
Aku membebaskannya ke mana pun ia mau.
Itulah hati yang kumiliki.
***

Meski Penerbit Antarnusa adalah penerbit indie, namun cover dan layoutnya layak diacungi jempol. Karena covernya cukup berkualitas bagus bisa bersaing dengan penerbit mayor. Kenapa saya berucap demikian? Karena selama ini, cerpen saya juga beberap ikut eksis di kumcer-kumcer terbitan penerbit indie dan jujur cover dan layout beberapa penerbit indie ini berkesan alakadarnya juga kertasnya berkualitas tak begitu bagus namun ini lain.

Cukuplah berkomentar perihal tampilan luar. Saya ingin membahas isinya yang ternyata terdapat empat cerpen saja. Pantas bukunya begitu tipis. Yah... Bisa dimaklumi, mengingat menerbitkan secara indie itu butuh biaya.

Keempat cerpen ini berjudul sama yaitu Day Wish. Namun dengan isi cerita yang berbeda.

"A Day Wish I"
Kisah persahabatan is 'aku' yang adalah seorang laki-laki dengan Flo, gadis populer, cantik dan banyak disukai laki-laki. Hubungan asmaranya tak selalu mulus karena gadis ini rupa-rupanya cepat bosan atau terlalu perfectionis dalam memilih pasangan. Is 'aku' yang selalu menjadi sahabat yang setia di sisinya tahu betul sifatnya dan ternyata diam-diam menyimpan rasa suka namun dia sembunyikan dan tetap berusaha menjadi sahabat yang baik hingga dia memutuskan untuk berpacaran dengan Mitha.
Ceritanya simpel dan sudah mainstream. Banyak dialog yang tanpa narasi jadi terkesan penulis hanya ingin memperbanyak halaman dengan sedikit tulisan. Namun sosok Flo, saya lumayan suka. Dia terlihat berkarakter kuat. Malahan si 'aku' yang namanya tak pernah disebutkan tak begitu kuat karakternya.

"A Day Wish II"

Cerpen kedua bersetting di lingkungan kantor. Sosok baru muncul, Angga namanya. Awalnya si 'aku' tak begitu tertarik. Laki-laki ini tampak biasanya seorang pekerja kantoran namun karena is 'aku' adalah satu-satunya gadis single di kantor dan kebetulan Angga juga single maka mereka sering berusaha dicomblangkan hingga menjadi dekatlah mereka. Rupa-rupanya waktu bergulir dan hubungan mereka makin akrab tapi belakangan si 'aku' tahu bahwa Angga sudah memiliki tunangan di luar kota. Dengan berat hati gadis ini mundur karena dia tak ingin kejadian di masa lalu terulang.

"A Day Wish III"
Cerpen ketiga. Membuatku berpikir tak sedikit wanita yang menikah bukan berlandaskan cinta. Karena masa depan juga patut dipikirkan. Dan di cerita ini kutemukan sebuah fakta bahwa memilih pasangan hidup bukan hanya karena alasan cinta.
Di cerpen ini mengambil alur maju mundur. Menceritakan keadaan setelah menikah di mana sang suami yang baik, mapan dan menyayanginya tampak begitu manis. Lalu gadis ini berflashback bagaimana dengan baik-baik dia memutuskan hubungannya dengan orang yang dia sayang dan memilih lelaki yang lebih baik ini. Meski terkadang muncul rasa rindu dengan orang dia cinta tapi gadis ini juga tampak bahagia sudah menikah dengan lelaki pilihannya dan orang tua.

"A Day Wish IV"
Cerpen terakhir. Akhirnya... Jujur saya tak terlalu menikmati membaca buku ini karena cerpen-cerpennya yang menceritakan hal yang sudah sering diangkat tapi karena sudah setengah jalan ya dilanjut saja sampai akhir. Toh, jumlah halamannya sedikit.
Mari lanjutkan...
Nah, kisah ini terbalik dengan cerpen ketiga. Di sini, ada seorang yang terlalu mencintai kekasihnya meski sudah sering disakiti tetap saja selalu kembali pada kekasihnya itu. Setiap akhir bulan dia selalu ingin memutuskan kekasihnya dan selalu meminta tolong sahabatnya untuk menemaninya datang ke rumah sang pacar untuk minta putus dan sampai bulan ketiga, dia tetap tak bisa bilang putus. Yang kasihan adalah sang sahabat yang diam-diam menaruh rasa padanya. Yang selalu setia padanya dan peduli ketika gadis ini sedang sakit.

Semua cerita tak ada yang happy ending. Dalam hal ini happy ending menurut saya adalah dua orang yang saling mencintai bersatu. Semuanya tak mampu mendapatkan orang mereka cinta. Sungguh ironis mengingat dua hati itu saling berdekatan yakni sebagai sahabat.

Saya pikir memang begitulah hidup. Terkadang kita tak selalu bisa bersama dengan orang yang kita cinta.

Sabtu, 01 Maret 2014

[Short Story Reading Challenge] Fireflies of Winter


SPESIFIKASI BUKU
Judul : Fireflies of Winter
Penulis : Rafandha, dkk
Penerbit : PING!!! (lini Divapress)
Terbit : Februari 2013
Halaman : 192 halaman
Sinopsis :
“Apa yang sedang kau cari?”
“Mencari kunang-kunang.”
“Di musim dingin seperti ini?”
“Kenapa?”
“Ah, Eun Woo, mengapa kau pikir di musim dingin ada kunang-kunang?”


Eun Woo yakin jika suatu saat ia akan menemukan kunang-kunang di musim dingin. Seperti yang pernah dibawakan ayahnya: hewan bercahaya kuning yang beterbangan dalam sebuah toples. Ia tak mau mendengar kata-kata Min Ho dan memutuskan pergi ke sebuah hutan di Damyang pada pertengahan bulan Desember. Lalu, mungkinkah Eun Woo bisa menangkap seekor kunang-kunang?
Sebuah ending tak terduga dihadirkan oleh Rafandha si pemenang Lomba Cerpen #K-Pop 2013 ini. Dan masih banyak kisah romantic lainnya yang nggak boleh kamu lewatkan.
***

Ada 15 cerpen di antologi ini. Semuanya adalah para Finalis lomba cerpen #K-PopLoveStory dan salah satunya adalah saya sendiri. Dulu, sejak pertama melihat cover buku ini saya langsung berkomentar, Covernya cantik. Warnanya lembut dan berkesan sederhana tapi manis. Akan tetapi sepertinya tak sesuai dengan judul yang ada kata Winter-nya itu. Covernya lebih terasa musim Semi atau Gugur.

Karena buku ini memuat karya pertama saya jadilah ketika mendapatkannya saya, pertama-tama saya membaca cerpen saya sendiri. Harap maklum, euphoria penulis pemula yang sangat bahagia tulisannya nembus penerbit mayor. Hehehe… Saya menuliskan sebuah cerita sederhana tentang seorang laki-laki buta yang tinggal di pulau Jeju. Dia diberkahi suara yang indah sehingga setiap malam dia bekerja sebagai penyanyi kafe. Setiap pagi tak lupa dia menyapa lautan, suara gemericik air dan kicau burung selalu membuatnya tenang. Di sinilah dia bertemu seorang gadis patah yang dia kira mau bunuh diri. Di situlah segala cerita bergulir.

Selanjutnya cerpen kedua yang saya baca adalah cerpen karya sahabat saya judulnya ‘Cloud’. Yang sama halnya dengan saya, dia juga pemula tapi yakin ceritanya lebih inspiratif daripada cerpen saya sendiri tapi sayang begitu banyak kesalahan pengetikan yang lolos di mata editor dan selain itu saya merasa alurnya terlalu terburu-buru, yah saya memaklumi karena adanya maksimal halaman yang kami tuliskan. Namun saya menyukai satu quote yang dia tulis,
“Awan nggak pernah bohong. Saat awan terlihat kayak permen kapas, itu artinya hari cerah. Dan jika terlihat kayak gumpalan maka hari akan mendung dan mungkin akan hujan. Pokoknya awan selalu mengatakan yang sebenarnya.”
Gadis kecil, Cho Sun Hee yang dia tuliskan juga bikin gemes karena sikapnya yang blak-blakan dan polos.

Nah, karya sang pemenang yang menjadi pilihan saya selanjutnya. Di sinilah saya mulai suka dengan tulisan Rafandha. Ceritanya sederhana namun memiliki ending yang tak tertebak. Karakter Eun Woo yang keras kepala sangat cocok jika disandingkan dengan Min Ho yang selalu sabar. Pantaslah kalau Rafandha yang menang.

Terus saya melanjutkan bacaan ini. Seperti biasa, selalu melompat-lompat sesuai dengan keinginan yang memilih judul mana yang mau dibaca lebih dulu. Nah, antologi ini sudah cukup lama saya baca. Dan ternyata cerita yang paling membekas dalam ingatan dan berkesan adalah cerpen, “I was Once Your Fan” dan “Station Miryang Love”. Kenapa?

“I was Once Your Fan” bercerita tentang seorang mantan fans berat seorang artis tersohor di Korea, Lee Kyungsik. Kenapa dia berbalik membenci Kyungsik? Karena beberapa tahun lalu dia melihat kado-kado yang diberikan fans Kyungsik dibuang begitu saja oleh penjaga. Dia geram mengingat betapa susahnya dia membuat kado itu. Saya menjadi merasa Rena adalah saya sendiri. Seorang KPOPer yang tergila-gila pada artis namun berakhir kecewa karena seorang artis yang dipuja tak sesuai dengan angan yang dibangunnya. Membaca cerpen ini saya seolah berkaca. Dan terlebih lagi, deskripsi sang tokoh, Kyungsik sangat saya kenal. Ketika habis membaca saya langsung sukses menebak bahwa seorang Lee Kyungsik pasti Kim Jaejoong. Karena saya fans beratnya dan sangat hafal latar belakangnya.

Berbeda dengan cerpen di atas. Cerpen yang berjudul, “Station Miryang Love” menceritakan tentang seseorang yang menanti. Seorang gadis yang selalu setia datang ke stasiun Miryang, menunggu seseorang. Bertemulah dia dengan seorang lelaki yang datang khusus ke kota kecil itu demi memenuhi keinginan terakhir temannya yang meninggal. Semula saya menyangka gadis itu hantu sama halnya dengan Aro, si pengamen. Namun rupa-rupa di akhir cerita Arang bukanlah hantu. Ada humor terselip di sini.

Antologi cerpen ini adalah kenangan. Beberapa penulis-penulis yang berkontribusi juga pasti merasakan hal yang sama seperti saya bahwa buku ini adalah awal mula kami berkarya. Saya suka mengamati dan berbincang-bincang dengan beberapa penulis dalam buku ini. Sekarang mereka sudah menerbitkan karya solonya dan kami suka bernostalgia, kembali di masa lalu saat buku ini pertama terbit kamu belum menjadi seorang novelis.

[Short Story Reading Challenge] Air Mata Ibuku Dalam Semangkuk Sup Ayam



SPESIFIKASI BUKU
Judul : Air Mata Ibuku Dalam Semangkuk Sup Ayam
Penulis : Mariska Tracy
Penerbit : Elex Media Komputindo, 2010
ISBN : 978-979-27-6375-1
Halaman : 180 halaman
Sinopsis :
Tangisan tanpa suara it uterus berlanjut. Miranti terus menutupi wajahnya agar tidak ada orang yang melihat. Pandangannya mengarah pada sup ayamnya. Sup yang tadi ia pikir bisa menghangatkan tubuh dan pikiran, kini perlahan mendingin, bercampur dengan banjir air matanya. Ah, andai saja putrinya yang hilang diculik masih bersamanya, tentu hari ini ia akan meniup lilin di kue tar ulang tahunnya. Disentuhnya mangkuk sup ayamnya dengan hati pedih.
Simak pula lima belas cerpen lainnya. Penebusan dan Pergantian Luka Masa Lalu, Cengeng, Janji dalam Sebuah Botol Bekas, Cinta bukan Perkara Gemuk atau Langsing, Permainan Rumah Duka, Penulis Puisi Itu, dan sebagainya.
***

Hal yang membuat saya tertarik untuk mengambilnya di rak buku perpustakaan adalah pertama karena tak sengaja membaca tulisan Sup Ayam. Ya, karena judulnya “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam” lah yang membuat saya ingin membacanya lebih lanjut. Rasa penasaran mengusik, kenapa si ibu menangis hingga acara makannya harus terhenti dan bulir-bulir air mata itu mengalir deras hingga menetes ke sup ayamnya. Di awal saya pikir ceritanya seperti seorang ibu yang tak mampu member makan anaknya namun begitu membaca sinopsisnya saya mengerti kenapa dia menangis.

Seperti biasa. Saya selalu membaca lebih dulu cerpen yang menjadi judul utama dalam sebuah buku. Alasannya karena saya suka mencari tahu kenapa penulis memilih judul itu namun tidak meletakkan cerpen itu di urutan paling depan. Cerita cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup” sederhana tapi tersirat makna tapi menyempil perasaan yang ketika selesai dibaca langsung membatin, “ironis ya?”. Kenapa saya membatin begitu, karena ujungnya sengaja dibuat menggantung. Anak yang selama ini dicari-cari dan membuat dia harus menangis sehingga tak bisa memakan sup ayamnya itu muncul tak lama setelah kepergiannya. Mereka dibuat tak bertemu, hanya mendeskripsikan kondisi sang anak yang sungguh mengenaskan dan berbanding terbalik dengan ibunya.

Selanjutnya setelah membaca cerpen yang menjadi judul utama, saya mencoba untuk membacanya secara urut krena takutnya kalau membaca melompat-lompat seperti biasa saya membaca antologi, ada cerpen yang terlewat dan tak terbaca. Karena antologi ini penulisnya tunggal maka warna tulisannya pun sama. Akan tetapi bagi yang suka membaca cerita dengan sudut pandang perempuan dengan latar belakang yang beragam maka buku untuk patut untuk dibaca. Isinya semua menyangkut tentang perempuan dari berbagai latar belakang dan sudut pandang. Selain seorang ibu yang rindu anak serta topangan tangan sang Mama, ada juga seorang perempuan yang merindukan masa-masa yang lalu di mana dia masih bersekolah, tentang cewek cengeng—yang bukankah memang wanita suka menangis untuk mengungkapkan sesak hatinya?, ada cerita tentang ibu dan calon menantu, dan lain sebagai.

Cerita yang variatif, diksi yang ringan dengan banyak kejutan yang tak tertebak membuat saya tak bosan membacanya. Hanya saja seperti antologi lainnya, buku ini tak luput dari kekurangan. Ada beberapa cerpen yang saya rasa karena idenya terlalu biasa dan sering diangkat membuat saya lumayan bosan membacanya.

Selasa, 18 Februari 2014

[Short Story Reading Challenge] Rahasia Bulan



Spesifikasi buku

Judul : Rahasia Bulan
Penulis :
1. Is Mujiarso - Taman Trembesi
2. Clara Ng - Rahasia Bulan
3. Linda Christanty - Mercusuar
4. Ve Handojo - Vino Tidak Datang
5. D. Jayadikarta - Mereka Benci Aku Banci
6. Alberthiene Endah – Secangkir Kopi di Starbuck
7. Indra Herlambang – Merindu Randu
8. Ade Amui - Dinding
9. Yetti A.K.A - Numi
10. Rahmat Hidayat - Dua Lelaki
11. Stefanny Irawan - Aku ingin Kepastian, Clarissa
12. Dalih Sembiring - Sebuah Ruangan Berdinding Abu-abu
13. Nuage Kusuma - Lari
14. Ucu Agustin - Anak yang Ber-Rahasia
15. Djenar Maesa Ayu - Lolongan di Balik Dinding
16. Andrei Aksana - Menanti Pelangi
Editor : Is Mujiarso
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Jakarta, Januari 2006
Halaman : 232 halaman
Sinopsis :
Ada yang diam-diam bergerak dalam khasanah literer kita. Sosok-sosok gay dan lesbian mendiami ruang-ruang yang sebelumnya kosong dalam karya fiksi.
Tema homoseksual melimpahi halaman-halaman novel, dari yang masih berupa tempelan dan kilasan, sampai yang telah menukik ke dalam. Tutup matamu dan ambil saja secara acak novel dari tumpukan di toko buku, dan di sana, kau akan menemukan tokoh laki-laki yang jatuh cinta kepada sesama lelaki ataupun perempuan yang jatuh cinta kepada sesama perempuan.
Apakah lantas kita bisa berkata, telah lahir genre baru dalam fiksi kita? Atau, kita hanya boleh berprasangka bahwa semua ini hanya tren belaka, yang lahir dari tuntutan instan komodifikasi seiring dengan fenomena booming buku fiksi? Baca dan buktikan sendiri dalam kumpulan cerpen ini.
~o0o~

Pasti begitu membaca sinopsisnya, kita akan langsung tahu buku antologi ini mengangkat tentang apa. Yak! Tentang cerita-cerita yang mengangkat dunia kaum homoseksual. Sebuah tema yang sampai saat ini jarang saya temui dalam sebuah karya fiksi.

Di sinopsisnya seakan mengatakan bahwa dunia sastra fiksi sudah mulai marak mengangkat genre ‘baru’ ini tapi saya merasa masih langka ya? Malah saya pingin nyoba menutup mata dan memilih secara acak novel di toko buku dan pasti takkan saya dapati cerita yang menyangkut tentang homoseksual. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk membaca buku ini.

Begitu membuka daftar isi, saya cukup senang mendapati beberapa nama yang familiar saya ketahui sebagai penulis fiksi yang handal dan cukup dikenal—terutama oleh saya yang notabene baru menekuni hobi membaca dan mereview. Judul buku menggunakan judul cerpen karya Clara Ng yang adalah penulis favorit saya. Karena itulah cerpen yang pertama saya baca itu ‘Rahasia Bulan’ tapi jujur saya kurang menikmati cerpen ini. Sejak awal membaca saya sudah bisa menebak jalan ceritanya dan di dalam cerita ini tak ada konflik yang mampu membuat emosi saya naik turun. Malah seperti membaca jadwal harian ibu rumah tangga yang ternyata di tengah jadwalnya memiliki jadwal khusus yakni berkencan dengan sahabat yang ternyata adalah kekasih gelap sesama jenisnya.

Nah… Karya Alberthiene Endah adalah karya kedua yang saya baca dan alhasil saya suka karena penulisannya yang detail dan jalan cerita yang tak tertebak membuat saya puas membacanya. Selain itu suasana rumah tangga Fere-Yayuk terasa realistis. Banyak kita temui suasana rumah tangga semacam istri yang berubah cuek pada penampilan, tak mengurus badan, membiarkan lemak bertebaran di sekujur tubuh, menjadi malas bersolek hanya karena dalih sibuk mengurus rumah hingga tak mau mendengarkan suami karena terus ingin menang dengan pembenarannya sendiri, dan langsung membuat saya memaklumi serta tak menyalahkan para lelaki yang pada akhirnya memilih berselingkuh karena keadaan di rumah seperti itu. Ya, Fere pun jadi lebih betah duduk-duduk di Starbuck berjam-jam sepulang kerja demi menunggu seorang Julie ketimbang pulang ke rumah yang dia rasa lebih mirip seperti neraka.

“Sayang, api adalah api. Kecil atau besar tetap bisa membakar.”
Kutipan dari cerpen ‘Merindu Randu’ karya Indra Herlambang ini cukup membuat saya berpikir, benar juga ya? Saya langsung seperti mendapat pencerahan. Bahwa kita tak bisa meremehkan hal kecil. Karena sekecil apapun perkara yang kita sepelekan tanpa kita tahu kelak bisa menjadi perkara besar. Tak disangka Indra Herlambang dapat memukau saya dengan pemilihan kata yang berima dan penuh makna. Gaya bahasa yang dia pakai juga puitis namun masih mudah untuk ditelaah oleh pembaca ‘dangkal’ macam saya. Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, Indra Herlambang sukses membuat saya bisa menikmati serta menuntaskan cerpennya—tak seperti beberapa cerpen yang hanya sekilas saja saya baca lalu saya tinggalkan dan beralih ke cerpen berikutnya—dan meninggalkan kesan. Pokoknya cerpen ini saya acungi dua jempol.

Cerpen keempat yang berhasil selesai saya baca hingga akhir adalah karya Djenar Maesa Ayu. Meski seluruh cerpennya narasi, tak ada secuilpun dialog namun begitu membaca bagian awal, saya sudah merasa penasaran dan makin penasaran ketika makin jauh dibaca. Djenar Maesa Ayu sepertinya sengaja menuliskan dia, dia dan dia tanpa menyebutkan nama dan ciri fisik tokohnya bahkan gendernya. Dan hingga akhirnya, saya seolah terjebak dengan pikiran saya sendiri yang seperti sudah diarahkan untuk menebak gender yang salah di tokoh utama itu. Saya melongo di akhir cerita.

Ini kutipan percakapan terfavorit saya dari 16 cerpen dan dari beberapa banyak percakapan yang dituliskan oleh para penulis dalam buku ‘Rahasia Bulan’ ini saya memilih percakapan dalam cerpen ‘Dua Lelaki’ ini karena… yah… saya juga pernah berpikir hampir serupa seperti kutipan di bawah ini.
“Kau tahu. Hujan seperti ini serupa arsir. Sering kubayangkan Tuhan serupa kanak-kanak, dengan penggaris dan pensil menggarisi dunia dengan hujan….”
“Segala dongeng tentang Tuhan itu….” Lelaki bermata biru menguap lebar.
“Aku tahu, kaupikir itu konyol. Tapi coba bayangkan sendainya Tuhan menggarisi dunia dengan krayon, kita akan punya hujan yang berwarna!”

Hanya bedanya saya mengasosiasikan Tuhan layaknya anak kecil yang suka main rumah-rumahan. Hehehe….

Nah, terakhir, sebagai penutup karena akan jadi terlalu panjang jika saya membahas semua cerpen—yang bahkan beberapa sudah saya tinggal sebelum habis dibaca—saya hanya bisa mengatakan buku ini recommended untuk dibaca. Meski terbitnya sudah lama dan pastinya tak bisa lagi didapatkan di toko buku, namun jika para penyuka cerpen melihatnya di perpustakaan, saran saya jangan diabaikan. Pinjamlah dan bacalah. Karena kita bisa melihat sisi lain kehidupan manusia yang sering dipandang negatif. Dan pasti kita jadi memahami kenapa mereka memilih jalan menyimpang itu.

Minggu, 16 Februari 2014

Make Your Choice


[Clara Ng Reading Challenge] Tokoh Terfavorit dari novel Clara Ng



Sebetulnya meski saya menyatakan diri sebagai penggemar novel-novel karya mbak Clara Ng, namun baru ada 3 buku yang saya baca yaitu Malaikat Jatuh, Ramuan Drama Cinta dan Uttuki. Sehingga mungkin hanya sebatas tokoh-tokoh di dalam novel itu saja yang bisa saya pilih menjadi yang terfavorit.

Saya penggemar baru dari seorang penulis serba bisa, Clara Ng. Mulai tahun 2012 saya mulai tekun membaca—meski sejak dulu punya minta membaca tapi bukan sesuatu kegiatan rutin—dan menulis sehingga begitu membaca Malaikat Jatuh saya langsung jatuh cinta pada karya Clara Ng. Lalu mulai tahun ini yakni 2014, saya baru coba-coba memberanikan diri mengikuti Reading Challenge semacam ini.

Sebelum saya sebutkan tokoh mana yang menjadi favorit, saya mau bercerita kesan yang saya dapat setelah berhasil menyelesaikan ketiga novel itu. Awal baca Malaikat Jatuh, saya langsung tertarik dengan segala cerita yang tertulis di dalamnya. Begitu terasa suram namun juga sarat akan nilai positif. Terlebih gaya menulis mbak Clara Ng yang lincah dan tidak membosankan membuat saya kagum. Cerita-cerita yang dituangkan di buku itupun juga variatif namun masih dalam satu tema yang sama yakni tentang perempuan dengan berbagai latar belakangnya. Sejak membaca Malaikat Jatuh saya mulai mencoba mencari buku karya beliau lainnya dan sesampainya di Perpustakaan Wilayah—jujur saya suka minjam di sana secara gratis daripada beli—saya menemukan novel Ramuan Drama Cinta. Di novel itu saya dibuat tak paham dengan bagaimana karakter menulis mbak Clara Ng. Biasanya setiap penulis mempunyai genre yang menonjol di masing-masing cerita yang ditulisnya. Namun dalam novel Ramuan Drama Cinta, saya menemukan rasa lain. Awalnya membaca judulnya saya merasa kok judulnya norak ya? Kesannya kayak terlalu roman piciran gitu. Atau terlalu biasa kalau saya boleh berpendapat namun begitu membaca isinya, bikin tertawa dan senyum-senyum sendiri. Benar-benar komedinya itu kena. Dan lagi-lagi ide ceritanya segar dan kreatif. Benar-benar sebuah paket komplit kalau saya membaca buku karya mbak Clara Ng. Dia bisa menulis segala genre.

Dari Ramuan Drama Cinta saya baru menemukan bahwa buku ini punya seri lainnya namun sayang, di Perpustakaan Daerah di Semarang tempat langganan baca buku tidak saya temukan. Saya mencari di toko buku pun Jampi-jampi Varaiya juga tak ditemukan. Sayang sekali padahal saya penasaran bagaimana cerita Keluarga Karbohidrat aka Keluarga Raya, dan tokoh penting lainnya ketika terdampar di Kerajaan Varaiya, antah berantah yang bahkan tak bisa saya temukan di peta Indonesia.

Nah, dari tiga buku tersebut saya memfavoritkan… Jeng-jeng… Saya lumayan bingung. Karena semua tokoh yang dituliskan memiliki karakter yang kuat namun dari sekian banyak tokoh itu yang lumayan membekas itu Tsungta Zvar. Bukan tokoh utama namun lumayan berperan penting dalam cerita di novel Ramuan Drama Cinta. Karena Tsungta jugalah saya sangat penasaran dan ingin membaca juga novel Jampi-jampi Varaiya. Tokoh Tsungta meski dideskripsikan sebagai si sumber kekacauan namun karakternya yang gigih dan rada katrok itu cukup membuat saya berkesan. Tak seperti biasanya ketika membaca novel saya selalu memfavoritkan tokoh yang berpenampilan sempurna serta memiliki karakter misterius yang terkesan dingin namun berbeda dengan ini saya menyukai Tsungka yang sering bikin ngakak.

Andai Jampi-jampi Varaiya cetak ulang… saya pasti tak segan untuk membelinya… 

Rabu, 29 Januari 2014

[Short Story Reading Challenge] BH




Judul : BH
Penulis : Emha Ainun Najib
Penyunting : Kenedi Nurhan
Penerbit : Kompas
Terbit : Jakarta, Januari 2005
Halaman : x + 246 hlm
Ukuran : 14 cm x 21 cm

Sinopsis :
“LELAKI pertama yang meniduriku adalah suamiku sendiri dan lelaki yang mencampakkanku ke lelaki kedua adalah suamiku sendiri, dan untuk perempuan yang begini busuk dan hampir tak mampu lagi melihat hal-hal yang baik dalam hidup ini, maka lelaki kedua hanyalah saluran menuju lelaki ketiga, keempat, kesepuluh, keempat puluh, keseratus, ketujuh ratus…”
• Lelaki ke-1000 di Ranjangku
DALAM dunia penulisan cerita pendek atawa cerpen, nama Emha Ainun Najib memang jarang terdengar. Itu karena di bidang ini Emha tak begitu produktif, tidak seperti halnya ia menulis esai dan member ceramah. Cerpen-cerpen yang terhimpun dalam buku kumpulan ini, BH, bahkan tercatat hanya berasal dari rentang masa 1977-1982. Tentu saja ini gejala menarik. Namun lepas dari semua, tak kalah menariknya adalah mengikuti bagaimana Emha bercerita lewat cerpen-cerpennya dengan cara membaca langsung karya-karya yang terhimpun dalam kumpulan ini.
~o0o~

Ada 23 cerpen di dalam buku yang diberi judul sampul ‘BH’ ini. Awalnya agak heran. Biasanya setiap antologi yang aku baca pasti judulnya kebanyakan diberi judul dari cerpen yang terdepan, tapi ini lain. ‘BH’ adalah cerpen dengan nomor urut 18. Nomor yang hampir terakhir. Membuatku bertanya-tanya kenapa bapak Emha Ainun Najib atau pihak redaksi Kompas memberikan buku ini judul ‘BH’. Sehabis membaca keseluruhan cerpen aku baru mengerti kenapa kumcer ini diberi judul BH. Singkatnya begini, bukankah BH atau sering kita sebut Bra itu identik dengan barang milik perempuan? Dalemannya perempuan, benda yang bersifat pribadi? Nah, dari sekian banyak cerpen yang kubaca aku menemukan semuanya berpusat pada wanita—dan waria—dan mengupas tentang kisi-kisi kehidupan makhluk Tuhan yang disebut perempuan ini.

Buku ini ditemukan adikku di perpustakaan wilayah dan awalnya aku agak tidak berminat untuk ikut membaca karena selera bacaan kami berbeda. Aku lebih ke bacaan ringan yang tak terlalu ‘nyastra’ dan ‘berat’ dengan bahasa yang belibet seperti seleranya. Namun sehabis membaca buku ini persepsiku langsung berubah. Saat iseng-iseng kubuka, yang awalnya kukira cerpen dengan diksi yang berat dan cerita yang harus bikin dahi berkerut, eh… ternyata saat kubaca tak terlalu bikin otak puyeng. Cak Nun—panggilan populernya begitu kalau ada yang kurang tahu—menuliskannya dengan bahasa yang ringan dan dengan isi cerita yang dalam kehidupan sehari-hari di sekeliling kita ini sering kita jumpai—tapi pasti tak begitu kita perhatikan. Contohnya di cerpen pertama yang berjudul, ‘Lelaki Ke-1000 di Ranjangku’. Di situ dengan penulisan yang menggunakan sudut pandang aku, Cak Nun membuat pembacanya merasa menjadi sang tokoh utama. Cerita ini menyuruh pembaca untuk memahami perasaan seorang pelacur. Kehidupannya dan latar belakang kenapa dia melakukan pekerjaan haram itu. Kejenuhannya dalam hidupnya namun masih tetap tak menyerah menjalaninya. Membuat kita makin merasa bahwa terkadang keegoisan dan sikap tak mau mendengarkan pendapat orang lain—khususnya orang tua—dapat menjerumuskan kehidupan kita karena kita tetap ngeyel memilih jalan yang salah.

Karena banyaknya cerpen di dalam buku ini aku kupas cerpen yang berjudul, ‘BH’ ya? Ceritanya cukup sederhana. Seorang Santri yang bersahabat dengan Niken, seorang waria yang selalu mendapatkan cerca. Awalnya aku tak menyangka kalau sosok Niken yang diceritakan oleh Santri tersebut adalah seorang waria. Di awal cerita si ‘aku’ ini membuat pembaca berpikiran negative tentang dia. Tentu saja berpikiran negative soalnya dia berada di kamar si cewek—Niken—ini berdua saja dan si Niken juga tengah ganti baju. Namun makin ke tengah makin terjelaskan alasan seorang Santri itu dekat dengan Niken meski dia juga ikut mendapat cemooh dari orang-orang sekitar. Karena latar belakangnya sebagai seorang Santri yang tak pantas dekat seorang seperti Niken yang pasti dianggap ‘buruk’ dan dipandang sebelah mata.

Sebagian besar cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Di dalamnya terdapat bermacam-macam cerita dan setting. Mulai dari jaman pewayangan macam Pandawa dan Kurawa, mengangkat cerita tentang Pelacur, Penjudi, Waria, seorang Borjuis yang suka berpesta, Pegawai kantoran dan lain sebagainya. Cak Nun menuliskannya dengan gaya yang terasa sekali cita rasa Indonesianya dan tentunya menganggung nilai-nilai kemanusiaan. Buku yang sangat direkomendasikan.

Selasa, 21 Januari 2014

[ Short Story Reading Challenge] Malaikat Jatuh & Cerita-cerita Lainnya



Judul : Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita lainnya
Penulis : Clara Ng
Editor : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Agustus 2008
Halaman : 176 hal
ISBN : 979-22-3935-9 / 978-979-22-3935-5

Sinopsis :
Beppu, manusia bersayap cacat. Sayapnya hanya sebelah tidak dapat mengangkatnya terbang meniti angin.
Louissa Manna, seorang ibu berusia ratusan tahun. Dia telah memakan jantung manusia bersayap untuk mendapatkan hidup abadi.
Pada pertemuan mereka yang dipenuhi kekejaman, Beppu dan Manna berjuang mempertahankan kewarasan, kesucian dan di atas semuanya, cinta.
Sepuluh cerita. Tentang wajah perempuan. Dari ibu sampai pelacur, dari perawan sampai hanya pemeran. Semuanya dibingkai dalam dongeng-dongeng malam kematian dan narasi kelam.

Ada 10 cerpen dengan cerita yang beragam di dalam buku ini yaitu:
1. Malaikat Jatuh
2. Negeri Debu
3. Makam
4. Di Uluwatu
5. Lelaba
6. Hutan Sehabis Hujan
7. Akhir
8. Barbie
9. Bengkel Las Bu Ijah
10. Istri Paling Sempurna

Buku ini adalah awal mula aku menggemari karya Clara Ng. Karena meski Clara Ng menuliskannya dengan bahasa yang ringan tapi setiap kata yang terangkai terasa tak membosankan. Membuatku begitu menikmati membaca setiap cerita yang tertuang dari awal hingga akhir.

Cerita yang tertuang dalam buku ini rata-rata terasa suram namun justru sangat aku suka. Yang membuatku terkesan adalah cerita 'Malaikat Jatuh'. Cerita fantasi tentang betapa seorang ibu--yang hidup abadi--rela melakukan segala cara demi membuat anaknya hidup meski akhirnya apa yang dilakukannya berakibat buruk untuk anak itu sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Sejak awal cerita, konflik sudah nampak lewat perdebatan mertua Manna dengan Manna sendiri karena sakitnya Mae, sang anak. Hingga akhirnya konflik makin bertambah setelah sang anak berhasil disembuhkan--namun ada efek samping. Konflik-konflik yang terjadi itu membuatku dapat memetik sesuatu terkadang rasa cinta itu bisa membuat seseorang berbuat egois dan buta. Seperti Manna yang terlalu sayang pada Mae dan tak ingin ditinggalkan oleh orang yang dikasihinya lagi membuatnya bersikap seolah menutup mata atas perbuatan Mae setelah ia sembuh.

Di cerita kedua, 'Negeri Debu'. Kisah seorang anak yang memiliki ibu seorang Pelacur. Nampak sekali bahwa anak yang usianya masih teramat kecil ini lari dari kenyataan hidup dan membuat dunia imajinasinya sendiri. Setiap dia mengalami hal yang menyesakkan di dunia nyata, dia akan pergi ke negeri debu yang terletak di bawah kolong tempat tidur. Sebenarnya ceritanya cukup sederhana dan membuatku teringat semasa kecil dulu aku juga suka berimajinasi. Tapi ending dari cerita ini lagi-lagi membuatku merasa miris dan prihatin. Sekali lagi Clara Ng menuliskan cerpennya dengan ending yang tak tertebak.

Cerita ketiga, 'Makam'. Dengan memakai sudut pandang orang pertama, penulis membawa pembaca merasakan betapa sayangnya sang anak pada ibu yang sudah merawatnya sejak dia ditemukan di sebuah area pemakaman. Dan merasakan juga betapa dia merasa kehilangan lewat flashback yang diceritakannya. Lalu di ending pembaca dibuat terkejut dengan jati diri sebenarnya sang ibu.

Lalu cerita yang membuatku terkesan lainnya adalah Barbie. Ini bukan cerita tentang ibu dan anak lagi namun sebuah oengkhianatan. Meski layaknya Toys Story yang tokohnya adalah mainan yang dibuat hidup memiliki perasaan dan pikiran seperti manusia begitu juga cerita ini tapi sangat salah jika dikatakan isinya ditujukan untuk anak-anak. Sebenarnya ceritanya cukup umum. sering diangkat. Tapi gaya menulis Clara Ng dan ending yang lagi-lagi tak terpikirkan membuatku cukup terkesan.

Kesepuluh cerpen tersebut hampir 90 persen menggunakan sudut pandang orang pertama. Membuat pembaca merasa mengalami sendiri menjadi sang tokoh utama. Aku tak terlalu menemukan kekurangan selain ada cerita yang idenya sudah lumayan sering diangkat seperti kisah Barbie tadi dan juga Istri Paling Sempurna yang ketika dibaca lebih terasa seperti membaca buku diary hanya saja yang menceritakannya adalah seorang laki-laki yang teramat mencintai istrinya.

Jadi kesimpulannya aku tak bisa melabeli buku ini ditujukan untuk remaja anak-anak tapi tak bisa juga melabeli buku ini untuk orang dewasa karena didalamnya ada berbagai cerita yang beragam dengan banyak sudut pandang, dari seorang anak, ibu, seorang kekasih yang terkhianatai, suami dan banyak lagi.

Sedang belajar mereview buku. Jadi harap maklum kalau review-annya nggak teratur.

Senin, 13 Januari 2014

First Time Reading


Malaikat Jatuh dan Cerita-cerita Lainnya
Judul di atas adalah buku pertama yang kubaca dari karya yang dibuat mbak Clara Ng. sejak itu aku mulai memburu karya-karya dia selanjutnya--walau sampai sekarang masih membaca tiga buku sih. Hehehe...

Dalam antologi cerpen berisikan 10 cerita itu aku dibuat terbengong-bengong, kagum sekaligus miris. Khususnya di cerpen Malaikat Jatuh dan Negeri Debu disitu aku dibuat terkejut dengan ending yang nggak ketebak. Lalu setelah habis membaca semuanya aku cuma bisa membatin, ini beneran buku cerita untuk anak-anak? apalagi pas baca Barbie. Lagi-lagi bertanya-tanya ini beneran cerpen anak-anak. Namun terlepas dari cerpen ini untuk kalangan pembaca berusia berapa, aku kagum dengan cerita-cerita yang ditulis di buku. Isinya nggak mainstream dan penuh pesan moral. Jempol spuluh buat mbak Clara Ng.

Awal mula aku memilih Malaikat Jatuh, padahal ada banyak buku-buku--yang pastinya seru--lainnya di rak Perpustakaan Daerah adalah awalnya karena judul. Sejak lama aku suka membaca novel fantasi yang menceritakan tentang makhluk bersayap sama cerita-cerita macam vampir dan sebangsanya gitu. Dan... judul Malaikat Jatuh sukses menarik perhatianku. akhirnya kupinjam dan kubawa pulang. Terus begitu baca cerita pertama aku terpesona lalu dalam 2 jam aku sudah membaca semuanya, urut dari awal hingga akhir. Padahal biasanya kalau aku baca antologi, aku milih-milih alias loncat-loncat. Kubaca yang judulnya menarik saja.

Sebagai penutup... Aku berharap buku ini dicetak ulang karena aku pengen ngoleksi buku kece ini. :)