Minggu, 06 April 2014

[Short Story Reading Challenge] Biasa Bercerita




-Spesifikasi Buku-
Judul : Biasa Bercerita
Penulis : Nana Tedja
Penerbit : Esensi - Erlangga Group
Sinopsis :
"Aku ingin membunuh Ayah!" Kalau seorang laki-laki mengatakan ini, Sangkuriang misalnya, maka hal ini sudah tidak mengherankan lagi. Malah sudah semestinya begitu, paling tidak dalam fiksi. Inilah yang disebut arketipe sastra itu, atau klise sastra patriarki. Bahkan Jim Morrison dari The Doors pun yang meneriakkannya! Membunuh bapak, maka aku ada. Makanya, bunuhlah bapakmu, Nana! Lantas bagaimana dengan Ayu Utami dan Djenar? Mereka! Hahaha...
-Saut Situmorang

Para Bapak, bacalah karya Nana Tedja. Jangan nggak. Daripada dibunuh anak.
-Arswendo Atmowiloto

Dan Endorsemen yang lain... (Reviewer males ngetik #plak :P )
***

Tak ada blurb di belakang buku. Hanya berderet-deret endorsemen dari orang-orang terkemuka, membuat saya tergelitik untuk mencomot buku ini dan dibaca langsung di Perpusda--karena dengan bodohnya saya meninggalkan kartu anggota sehingga tak bisa membawanya pulang.

Buku ini menarik. Cerita di dalamnya beberapa tak tertebak dan memiliki nilai positif yang bisa dipetik. Dan hanya perlu waktu membaca sekitar 2 jam untuk bisa menyelesaikan bacaan ini karena bukunya lumayan mungil dengan isi 9 cerpen saja dengan judul-judul sebagai berikut :
1. Ayah Durhaka
2. Buku Biru
3. Lilin-lilin Kecil
4. Para Pembantu
5. Keyakinan Wage
6. Karma Sudra
7. Hadiah Ultah untuk Papa
8. Cerita Dokter Ardi
9. Si Cantik Medeline

Saya membuka buku ini dan langsung melahap cerpen pertama yang berjudul, "Ayah Durhaka". Menceritakan tentang sebuah keluarga yang memiliki seorang kepala keluarga yang keras, kasar dan egois. Anak sulung berusaha membujuk sang adik yang bekerja di Singapore untuk pulang. Namun setelah mau pulang, dia malah dimaki-maki ayahnya karena tak pernah mau pulang. Karena memiliki ayah seperti itu pula si adik ini selalu berganti-ganti pacar. Dia memiliki dendam dan trauma tersendiri pada ayahnya.

Di sini saya mampu melihat betapa kebencian gadis ini begitu dalam hingga dia begitu ingin membunuh sang ayah yang untungnya bisa digagalkan sang kakak. Betapa dua bersaudara ini meski sama-sama mendapat perlakuan kasar sejak kecil oleh sang ayah, tumbuh menjadi sosok yang berbeda.

Sebenarnya cerpen ini bagus dan dengan bahasa yang santai saya dapat menikmatinya namun cerpen ini seolah tak tuntas. Sang ayah yang jahat dan mendapatkan ganjaran atas perbuatannya.

Hampir semua mengangkat cerita tentang ayah kecuali cerpen terakhir. Cerpen yang berjudul "Si Cantik Medeline". Seolah cerpen ini hanya pelengkap. Berkisah tentang pemuda yang bekerja di Filipina dan jatuh cinta pada gadis bernama Medeline. Cerita standart yang tak begitu saya suka.

Setelah menyelesaikan semua cerpen ini, saya memfavoritkan cerpen yang berjudul, "Karma Sudra". Kisah seorang wartawati, Karma yang berusaha membalas dendam atas kematian ayahnya. Konfliknya rumit namun membuat saya bertanya-tanya dan akhirnya salah menuduh tersangka. Ceritanya benar-benar tak tertebak dan otomatis membuat saya juga ikut berpikir menganalisa siapa pelaku pembunuhan dan apa motifnya. Berasa membaca kisah detektif.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar