Sabtu, 28 Februari 2015

[Review] Girls in the Dark





Judul Buku : Girls in the Dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Terbit : Mei 2014
ISBN : 978-602-7742-31-4
Tebal : 279 halaman
Sinopsis :
Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?
Gadis itu mati.
Ketua klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati. Di tangannya ada setangkai bunga Lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkharisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi….
Kau pernah berpikir ingin membunuh seseorang?

~o0o~

Satu kata yang saya gumamkan sehabis membaca adalah, “Yes! Ketebak.” Hehehe… Yah, walau nebak si ‘itu’ lah tersangkanya setelah baca sampai hampir selesai sih. Alasan saya curiga pada pada si ‘itu’ adalah dari enam anggota klub Sastra—minus sang Ketua, Itsumi karena meninggal—hanya dia yang nggak dituduh para anggotanya. Selain Itsumi, dialah yang selalu mendapat kesan positif dalam cerita yang dikarang oleh masing-masing anggota. Dan sesuai dengan apa yang saya anut, ‘Penjahat itu biasanya malah orang yang paling dianggap baik’, makanya saya menuduh dia.

Biasanya saya akan menuliskan satu-satu ceritanya tapi untuk kali ini tidak, daripada ujung-ujungnya spoiler. Ringkasnya adalah dalam klub Sastra ada 7 orang siswi yang tergabung. Shiraishi Itsumi sebagai ketua dan Sumikawa Sayuri sebagai wakilnya lalu anggotanya adalah sebagai berikut:

1. Nitani Mirei, kelas 1-A

Dia satu-satunya siswi beasiswa di SMA Putri Katolik Santa Maria. Dia terpilih mendapatkan beasiswa karena pintar dan tergolong tidak mampu. Di naskah yang dia tulis, Nitani menjelaskan betapa dia memiliki keluarga yang serba berkekurangan. Karena latar belakangnya itu pulalah dia merasa tersisih dan tak memiliki teman. Namun setelah diundang Itsumi untuk bergabung di klub Sastra, dia mulai percaya diri. Dia menuliskan betapa dia berhutang budi pada Itsumi karena sudah diajak bergabung dengan klub paling bergengsi di sekolah yang anggota tidak boleh sembarang orang. Yang dipilih Itsumi lah yang bisa bergabung.

2. Kominami Akane, kelas 2-B
Dia ahli memasak. Putri dari seorang pemilik restoran yang sudah dikenal melegenda. Dia terang-terangan menuliskan dalam cerpennya bahwa dia sebelum diajak bergabung dengan Itsumi, sangat membenci gadis itu karena dianggapnya terlalu sempurna. Namun belakangan, Akane menceritakan akan kebaikan-kebaikan Itsumi yang mau membantunya memfasilitasi hobi Akane. Tak seperti yang lain, Akane mau bergabung karena dia melihat dapur di ruang Klub Sastra sangat lengkap dan mewah.

3. Diana Detcheva, murid internasional
Diana siswa dari desa Rebagrad yang terletak di kaki pegunungan Balkan, Bulgaria. Dai mengenal Itsumi karena kebetulan saudara kembarnya adalah Tour Guide-nya Itsumi sewaktu gadis itu bersama Hojo-sensei berlibur ke Bulgaria. Dia menaruh hati pada Itsumi maka dari itu dia sangat bahagia ketika mendapatkan tawaran untuk bersekolah di Jepang. Sebenarnya tawaran itu adalah milik Ema, saudara kembarnya namun karena Ema mengalami kecelakaan, Diana lah yang berangkat.

4. Koga Sonoko, 3-B

Baca cerpen yang ditulis Koga, aku malah berasa seperti membaca tulisan detektif. Dia rinci menuliskan dengan sistem 5W1H. Dia cerdas dalam menuliskan analisisnya. Dan di sini saya menemukan bahwa dia tidak tertarik di dunia sastra malah sangat concern di sains dan bercita-citaingin seperti ayahnya—dokter. Lantas kenapa dia mau bergabung ke klub Sastra? Anehnya lagi, naskah yang awal-awalnya begitu realistis, sistematis khas Koga, ujung-ujungnya malah menyangkut ke hal mistis. Bukan Koga sekali.

5. Takaoka Shinyo, kelas 2-C

Dia adalah murid yang popular setelah novelnya Kimi-kage Shou melejit, laris manis. Karena dia seorang penulis itulah, dia diundang untuk bergabung ke dalam Klub Sastra. Begitu terkenalnya novel yang dia buat hingga banyak tawaran untuk diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Namun dia menolak mentah-mentah dengan alas an yang menurut saya terlalu picik. Akan tetapi setelah saya mengetahui ending-nya saya paham kenapa dia menolak mentah-mentah.

Setelah lima anggota itu masing-masing membacakan analisis mereka, giliran Sayuri selaku ketua—yang ditunjuk menggantikan Itsumi—membacakan naskah yang dibuatnya. Alangkah terkejutnya semua anggota. Begitu pula dengan saya meski sebelumnya saya sudah berasumsi bahwa apa memang dalangnya si ‘itu’ tapi saya tak habis pikir dengan alasan si ‘itu’—yang mengaku sendiri—kenapa sampai membunuh.

Intinya saya suka dengan ending yang mengejutkan yang ditulis oleh Akiyoshi Rikako ini. Namun agak tidak suka di bagian Shinyo yang gaya penulisannya dibuat ‘gaul’ biar kerasa anak muda banget tapi malah jatuhnya kaku, langsung dalam benak saya bilang, ‘masa yang kayak begini sih diksi yang dipakai si novelis tenar?’ juga pembacaan naskah bagian Koga yang berasa jadi menjatuhkan karakter. Kenapa? Karena Koga yang rasionalnya kuat, eh, malah analisisnya ngaco dengan bawa-bawa makhluk mistis segala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar