Sabtu, 30 Mei 2015

[Review] HALO



HALO
Penulis : Alexandra Adornetto
Penerbit : Ufuk Press
Tebal : 568 halaman
Terbit : November 2011
ISBN : 9786 0293 461 6 9
Sinopsis :

Novel ini lebih hebat dari Twilight."
—Amazon.


Sesosok malaikat diutus ke bumi untuk menjalankan sebuah misi.
Tetapi jatuh cinta terjadi di luar rencana...

Tiga malaikat diutus untuk membawa kebaikan ke dunia yang diselimuti kegelapan. Mereka adalah Gabriel sang kesatria, Ivy sang penyembuh, dan Bethany yang termuda dan paling mirip manusia. Ketiganya berupaya keras menyembunyikan ciri-ciri yang membedakan mereka dari manusia. Sebut saja pancaran cahaya yang luar biasa, kekuatan adimanusia, dan, yang paling menarik perhatian, sayap mereka. Di samping itu, mereka juga harus menghindari segala bentuk ikatan dengan manusia.

Tetapi apa mau dikata, Bethany bertemu dengan Xavier Woods dan keduanya tidak sanggup menghindari rasa tertarik satu sama lain. Gabriel dan Ivy berusaha sebisa mungkin untuk turun tangan. Namun, sepertinya ikatan antara Xavier dan Bethany kelewat kuat.

Misi malaikat begitu mendesak, kekuatan gelap pun tengah mengancam. Akankah cinta menghancurkan Bethany, ataukah menyelamatkannya?

***

"Aku tidak terlalu terkesan dengan bahasa manusia, karena sepertinya terbatas. Banyak yang tidak bisa kuutarakan dengan kata-kata. Itulah hal yang paling menyedihkan tentang manusia. Pikiran dan perasaan terpenting mereka sering kali tidak terutarakan dan tak dipahami."
--hal 20

Dikisahkan tiga malaikat turun ke bumi, tepatnya di Venus Cove, Georgia. Mereka adalah sang ksatria malaikat, Gabriel, gadis anggun yang selalu tampak tenang dan berbakat menjadi pendamai, Ivy, dan Bethany, malaikat baru dan yang termuda, yang masih mudah terpengaruh oleh dunia. Tugas mereka ke Venus Cove untuk menjadi cahaya karena diketahui kegelapan sudah menyebar di seluruh bumi dan malaikat diutus ke beberapa tempat.

"Karena sekarang kita adalah manusia, maka kita melakukan kesalahan."
--hal. 124

Bethany melakukan kesalahan dengan membiarkan hatinya tercuri oleh seorang pemuda tampan, kapten sekolah (mungkin kalau di sini ketua OSIS), atlet Rugby bernama Xavier Woods. Selain itu, dia melakukan hal terlarang yakni memberitahukan Xavier bahwa dirinya adalah malaikat. Betapa murkanya Gabriel dan dia pun harus mendiskusikan hal ini kepada anggota Covenant (perkumpulan malaikat tertinggi). Anehnya, bukannya mereka dipindahtugaskan namun pasangan tak terpisahkan ini justru dibiarkan saja. Ini merupakan angin segar bagi Bethany-Xavier meski cemas masih bergelayut, kebersamaan ini akan sampai kapan? Toh, bila misi para malaikat usai, mereka akan kembali ke Surga. Lalu Xavier?

"Masa depan bukan sesuatu yang harus ditakuti, tapi diperjuangkan."
--hal. 167


"Kadang-kadang lebih baik kalau kita tidak berusaha mencari satu titik. Hidup ini tidak hitam-putih. Selalu ada area abu-abu."
--hal. 187

"Kadang-kadang hal yang sederhanalah yang paling penting."
--hal. 206

"Laki-laki tidak memakai makeup kecuali ia banci atau anggota boyband."
--hal. 281


Muncullah sosok murid baru yang menurut gosip, harus dikeluarkan di sekolah sebelumnya karena pemuda ini memiliki kenakalan luar biasa. Kebetulan satu kelas Sastra dengan Bethany. Sejak kemunculannya, Bethany sudah merasakan ada yang aneh, tapi apa dia tak mengerti. Pemuda bernama Jake ini badboy, playboy tapi memikat. Jujur, saya lebih menyukai sosok Jake yang berpenampilan urakan tapi pujangga sejati ketimbang Xavier yang adalah siswa teladan terpopuler seantero Bryce Hamilton Academy. Karakternya lebih kuat. Alasannya bukan karena saya penyuka badboy. Bukan. Tapi sosok Xavier seolah tak bercela. Dia murni putih bagai malaikat padahal tiada manusia yang putih dan tiada yang benar-benar hitam. Kita bukan malaikat jadi kita memiliki sisi jahat maupun baik bukan? Begitu pun Jake. Sisi gelapnya memikat.

Konflik muncul seiring munculnya Jake. Saya yang awalnya lumayan bosan karena ini novel lebih kuat ke romance sejak halaman pertama hingga tiga ratusan yang terus saja mengisahkan tentang Xavier-Bethany yang begitu lengket dan lika-liku pergaulan remaja kini mendapat angin segar sejak munculnya Jake. Bryce Hamilton mulai memunculkan kecelakaan-kecelakaan mulai dari Koki yang terkena minyak panas, kecelakaan pada Grace, Xavier dan tindakan bunuh diri Taylah yang Bethany sinyalir Jake lah pelakunya.

Peperangan cahaya dan kegelapan pun dimulai. Jake sudah memiliki pengikut yang makin bertambah setiap harinya. Para pengikut itu seolah terhipnotis dan yang terparah sahabat Bethany pun terseret. Molly yang bertengkar dengan Bethany sejak meninggalnya Taylah tertarik pada Jake dan hampir saja dia celaka kalau bukan Bethany muncul dan berkorban untuk menggantikan posisinya.

"Tidak ada kata terlambat," kata Gabriel. "Harapan selalu ada."
--hal. 544

Kutipan di atas diberikan Gabriel kepada Jake di sela-sela peperangan mereka.

Menurut saya novel HALO ini belum memasuki konflik klimaks antara si hitam dan si putih. Seperti yang saya tuliskan di atas, lebih banyak porsi untuk Bethany yang masih hijau soal bumi. Cara dia menyesuaikan diri, memdapatkan sekelompok teman berkat Molly, bagaimana pergaulan anak sekolah--khususnya siswi--yang suka menggosipkan siswa-siswa tampan, mode paling in, dll juga hubungannya dengan Xavier yang menurutku berlebihan. Mereka saling bergantung dan seolah dunia milik berdua. Saya tak terlalu suka romansa yang berlebihan begini. Terlalu manis dan terlalu sempurna.

Oh, iya. Alurnya juga lambat sekaligus detail. Saya suka tulisan yang mendetail namun tak begitu suka alur yang lambatnya bukan main. Menurut saya dari 568 halaman buku ini, sebenarnya bisa dipadatkan lagi. Hal-hal yang tak perlu dimasukkan terlalu banyak dan cenderung membuat saya lumayan bosan membacanya di beberapa bagian. Kelebihannya adalah, novel ini menggunakan pov 1. Hanya pov 1 dan alurnya rapi. Jadi tak membuat saya bingung seperti saat saya membaca novel pov 1 yang si 'aku' banyak berflashback.

Tambahan. Endorsemen dari Amazon menurut saya sungguh berlebihan. Seperti tidak etis bila satu karya dibandingkan dengan karya lain. Seolah seperti iklan di tivi yang menjelekkan produk lain. Yah, meski dari segi cerita sama-sama mengangkat cinta terlarang sih. Dan jika saya ditanya lebih bagus mana antara Halo trilogi dengan Twilight, saya tak bisa menjawab. Saya belum secuilpun membaca Twilight. Cuma menonton filmnya. Sedang trilogi Halo, saya baru selesai buku satu. Coba nanti kalau sudah saya baca triloginya baru saya bisa sedikit berkomentar.

3 bintang dari 5 bintang untuk novel ini.

Review ini diikutikan dalam Read Big Challenge :
http://orybooks.blogspot.com/2014/12/master-post-read-big-challenge.htmlhttp://orybooks.blogspot.com/2014/12/master-post-read-big-challenge.html

Dan Young Adult Reading Challenge. Link: http://atriadanbuku.blogspot.com/2015/01/master-post-young-adult-reading.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar