Selasa, 19 Januari 2016

[Review] YAKUZA MOON

YAKUZA MOON
Penulis : Shoko Tendo
Penerjemah : A.S. Laksana
Penerbit : Gagasmedia
Terbit : Cet. kelima, 2009
Halaman : 252
ISBN : 978-979-780-268-4
***

Ada kesan tersendiri sehabis membawa buku ini. Awalnya lumayan bosan dengan alurnya yang kurang greget, tapi makin ke belakang aku ikut emosi dengan setiap kisah yang dituliskan Shoko Tendo ini. Bagaimana tidak? Ada haru di dalamnya, lebih banyak penderitaan selama perjalanan hidupnya tapi lewat kisah ini aku menjadi sadar bahwa segala sesuatu ada sebab dan akibatnya.

Shoko memulai kehidupannya menjadi yanki di usia 12 tahun karena mengikuti kakaknya juga ada masalah di rumah--sang ayah kerap pulang dengan keadaan mabuk dan membawa hostest-hostest lalu dia juga sering dipukul. Sejak itu Shoko mulai lebih dalam terlibat dalam kekerasan antar geng yang menjadikannya harus berada di sekolah khusus untuk anak bermasalah juga kakaknya yang ditahan di penjara.

Gadis ini memang berasal dari ayah yang seorang yakuza tapi dalam buku ini, latar belakang ayahnya tidak terlalu berperan besar yang menjadikan seorang Shoko seperti ini--pecandu obat terlarang dan juga sex.Dirinya sendirilah yang membuat kehidupannya terperosok ke dalam dunia gelap. Nah, belakangan akhirnya Shoko menyadari bila dulu dia bersekolah dengan baik meski teman-temannya banyak mengucilkan karena dia anak yakuza dan juga dia tak menjadi seorang yanki, pasti hidupnya takkan seburuk ini.

Buku ini--sepertinya tidak begitu cocok disebut novel ya?--mengajarkan bahwa apapun tindakan atau keputusan yang kamu ambil, pasti akan ada dampak yang ditimbulkan. Entah itu baik atau buruk. Apa yang kau tabur itulah yang akan kau tuai. Di sini tak hanya kisah Shoko saja yang aku amati namun juga sang kakak, Maki. Seperti Shoko, kehidupannya juga amburadul. Dia juga memilih lelaki yang salah dan membuat tak hanya kehidupannya tapi juga kehidupan Shoko dan juga ayahnya ikut terseret masalah. Andai Maki mau mendengar nasehat Shoko bahwa Itchan bukanlah laki-laki yang baik, pasti dia takkan hidup melarat dan terbelit hutang, Shoko juga takkan ikut melaratnya karena juga ikut memberikan uang untuk Maki-Itchan, Shoko takkan harus menggugurkan kandungannya karena cemas takkan bisa menghidupi dan Shoko takkan memutuskan bercerai dengan pria paling baik, Taka.

Ada gemas karena sikap sang ayah yang terus saja membela Maki, Shoko yang masih mau saja membantu Maki tapi juga ada amarah juga sedih saat membaca buku ini. Tak kusangka, dalam kisah nyata ada kehidupan sekeras Shoko.

Berikut kutipan-kutipan bagus yang membangun:
  • "Kita harus bertanggung jawab atas segala perbuatan kita sendiri."-- hal. 39
  • "Kukira, manusia memiliki kemampuan untuk menumpahkan air mata demi keuntungannya sendiri, bahkan ketika mereka tidak menderita, bahkan ketika mereka tidak bersedih."--hal. 181-182
  • "Makanan selalu terasa lezat saat kita makan bersama seperti ini."--hal. 189
  • "Kita tak pernah tahu bagaimana segala sesuatunya berujung."--hal. 210
4 bintang dari 5 bintang untuk Yakuza Moon yang berhasil membuat aku dari pertengahan hingga akhir tak bisa berhenti membaca. Yah, walaupun ending-nya tak terasa sebagai happy ending. Tapi ini kan memoar, jadi wajar bila segala sesuatu tak harus berakhir dengan manis. Hah, sayang... kenapa Shoko tidak bersama Taka lagi?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar