Sabtu, 27 Juni 2015

[Review] GANTENG-GANTENG GENTAYANGAN




Penulis : Ayra
Penerbit : Ragam Media
Halaman : 220
Segmen : Remaja
Terbit : 2014
ISBN. : 978-979-911-508-9
Sinopsis :

"Tutup pintunya!"
Hampir gue kena serangan jantung mendengar perintah Micky yang tegas itu. Jelas perintah itu ditujukan buat gue karena nggak ada makhluk lain di sini. Gue menelan ludah, apa dia tahu kalau gue bisa melihat dia?

“Kenapa bengong? Gue tahu elo bisa dengar, bahkan melihat gue! Lebih baik elo tutup pintunya karena gue mau bicara panjang lebar sama elo. Gue rasa, elo pasti nggak mau teman elo di kamar sebelah ngira elo sinting karena bicara sendiri. Kamar ini kedap suara, asal elo menutup rapat pintu dan jendela.”

Namanya Micky. Matinya (katanya) karena bunuh diri, tapi dia sendiri nggak inget gimana persisnya. Pernah punya pengalaman dikhianati sahabat dan ditolak penerbit berkali-kali. Meski statusnya adalah hantu, semangatnya masih
manusia banget. Dia bersikukuh nggak akan pernah berhenti menulis sembari berusaha menuntut haknya.

Namanya Ayra. Karena sahabatnya, Risna, tergiur harga murah, dia jadi harus tinggal di sebuah rumah kontrakan yang di dalamnya berseliweran makhluk halus. Sejauh ini dia masih jomblo dan harus menguatkan iman karena tinggal sekamar dengan hantu terganteng yang seumur-umur baru ditemuinya.

Di satu sisi, keduanya hobi adu mulut. Di sisi lain, keduanya sama-sama mencari tahu penyebab kematian Micky yang masih jadi misteri….

***

Pertama, entah mengapa sewaktu saya membaca cerita di dalamnya. Rasanya tidak asing dengan cerita hantu gentayangan dan seorang 'mediator' (sebutan untuk orang yang bisa melihat hantu dan bersedia membantu hantu itu--yah, julukan ini saya dapat dari novel The Mediator series sih, hehehe). Beberapa novel termasuk The Mediator yang saya sebut di atas, juga mengangkat ide yang hampir sama. Seseorang punya indera ke 6--bisa lihat hantu--lalu membantu hantu itu, ada bumbu-bumbu romansa juga yang menyempil di dalamnya. Bisa dikatakan ide ini tidak begitu fresh dan baru. Namun tidak bisa dikatakan menjiplak atau plagiat seperti yang pernah saya dengar dan tuduhkan. Sekali lagi saya bilang, ide dasar ini cukup banyak dan tentu saja pastinya alur cerita lengkapnya berbeda.

Baiklah. Mari saya ceritakan sekilas isi di dalam novel ini...

Diceritakan Ayra dan temannya Risna menempati rumah baru yang mereka sewa secara patungan. Disitu, Ayra yang memiliki kemampuan melihat makhluk gaib mengerti kenapa biaya sewanya murah, soalnya tempat ini berhantu. Ayra mengalah demi keselamatan Risna, dia memilih tinggal di kamar berhantu sedang Risna aman tentram di kamar tanpa penunggu. Berdiamlah Micky, si hantu gentayangan ganteng di kamar Ayra. Dia tak seperti hantu-hantu kebanyakan dan Ayra cukup diherankan oleh karena hal itu.

Ayra punya cita-cita jadi penulis. Ternyata Micky juga semasa hidup memiliki mimpi yang sama tapi tak bisa berhasil menerbitkan novel hingga akhir hayat. Di sinilah kedekatan mereka dimulai. Micky menjadi guru privat Ayra. Mengajari bagaimana menulis yang benar, bla-bla-bla sekaligus dia meminjam laptop Arya untuk dirinya sendiri terus menulis. Saya cukup terhibur dengan interaksi mereka yang gemes-gemes lucu. Juga semangat Micky yang walau sudah berwujud hantu tapi punya niat besar untuk terus menulis. Micky itu tipikal tokoh utama yang ketus, pedes, egois tapi diam-diam memperhatikan. Mereka adalah couple yang cocok pokoknya. Interaksi mereka tak membosankan. Berbeda dengan bila Ayra bersama Ardi. Oh, ya. Ardi adalah senior Ayra dan memendam rasa padanya.

Konflik dimulai ketika suatu kebenaran terkuak. Rupanya Ardi dulu adalah teman baik Micky, Ardi jugalah penyebab Micky bunuh diri dan menjadi hantu penasaran seperti sekarang. Ada pertikaian di masa lalu yang belum terselesaikan. Lalu apakah permasalahan itu? Silakan dibaca sendiri.

Ayra menulis novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama dan dengan diksi ringan khas remaja. Komedi-komedi yang disajikan juga bisa menghibur. Hanya saja dibagian les privat Micky yang ketika dia menjelaskan pelajaran menulisnya itu cukup membosankan. Saya merasa baca buku pelajaran tapi bagi yang memang tidak tahu atau kurang tahu bagaimana menulis yang baik dan benar, novel ini rekomended banget. Selain kamu mendapatkan hiburan--bikin senyum-senyum trenyuh--kamu juga bisa belajar dengan Micky sebagai gurumu. Pokoknya novel ini bermanfaat bagi yang suka menulis juga dan bermimpi menjadi novelis.

Sebagai penutup review saya, ada beberapa kalimat-kalimat yang saya sukai dan jadi penggugah semangat. Berikut saya sertakan:

"Secara fisik gue memang mati, tapi otak gue nggak ikut mati untuk berkarya. Memang semasa hidup gue berharap novel gue bisa diterbitkan, tapi setelah gue jadi hantu seperti sekarang yang terpenting bukan itu, tapi bagaimana cara gue nggak menyia-nyiakan bakat yang gue miliki."--Micky; hal 67

"Dasar manusia, mudah kok dibikin rumit."--Micky; hal 72

"Manusia cenderung mendahulukan pandangan subjektif dibanding mengedepankan sisi objektifnya."--Ayra; hal 114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar