Kamis, 06 Juni 2013

Digital Love [Bukan Hanya Lewat Kata]



Siapa bilang bahasa membatasi kita dalam sebuah jalinan pertemanan? Asal kau bisa cerdik dalam menyikapi keterbatasan maka kau bisa menemukan banyak cara untuk menjebol dinding keterbatasan.

Hal itu terjadi padaku dan padanya, seorang pria yang tinggal di belahan dunia lain bernama Shan. Dia berasal dari Srilangka namun tinggal di London untuk suatu pekerjaan. Kami berkenalan sejak tahun 2009, entah dari mana dia bisa menambahkan pertemanan di akun Facebook-ku dan dulu karena jumlah teman Facebook-ku masih sangat sedikit maka aku mengkonfirmasi permintaan pertemanan darinya tanpa melihat profil dia dari mana.

Waktu berlalu... dan dulu—sampai sekarang juga sih—aku sering online di malam hari—sampai sekarang aku masih sering insomnia. Larut malam dia suka menuliskan pesan di chatroom akan tetapi aku yang tak terlalu fasih berbahasa Inggris hanya menjawab sebisaku. Aku juga tak bisa mengandalkan Google Translate karena dulu aku belum tahu bahwa aplikasi itu ada.

Dia suka bercerita banyak hal. Tentang pekerjaannya, keluarganya dan terkadang mengajariku bahasa Maralayam, bahasa yang sering dipakai oleh orang-orang di daerah asalnya. Begitu pula denganku. Aku kadang menuliskan bahasa Indonesia dan mengimbuhkan juga artinya dalam bahasa Inggris. Meskipun begitu aku masih merasa tak bisa leluasa dan ekspresif dalam mengungkapkan apa yang ingin kukatakan kepadanya karena keterbatasan kemampuanku. Memang aku lumayan mengerti akan apa yang dia ceritakan namun untuk menjawab, aish! Aku tak fasih.

Suatu ketika aku mempunyai hobi baru setelah membeli sebuah Handphone berkamera—terus terang saja dulu aku tak memiliki Handphone. Hobiku adalah selalu memotret tempat-tempat atau apa pun objek yang menarik perhatianku lalu ku-posting ke akun Facebook-ku. Di situlah dimulai interaksi kami dengan cara lain. Lewat foto-foto itu aku bisa mengungkap segala yang ingin orang lain tahu tanpa kuharus berbicara. Gambar adalah media universal yang bisa dimengerti manusia entah di mana pun dia tinggal. Begitu pula dengan Shan. Dia sering mengkomentari apa yang ku-posting dan memberikan tag foto juga padaku. Foto-foto tentang lokasi di mana dia bekerja, tempatnya tinggalnya atau foto aktifitasnya di sana. Foto yang lucu dan ekspresif itu sungguh menghibur dan menarik untuk dilihat. Terlebih lagi batasan bahasa yang kupunya yang karenanya tak bisa membuatku bertanya banyak hal tentangnya kini terkikis lewat foto. Foto-foto yang dia buat membuatku mengenal banyak hal tentangnya. Aku menyukainya. Dan kini... aku merindukannya.

Sejak beberapa bulan lalu tepatnya sekitar November 2012, aku tak lagi menangkap penampakan dirinya di aku Facebook. Seperti angin dia menghilang. Sampai sekarang pun setiap kutengok akunnya dia tak pernah mem-posting ¬apapun lagi. Padahal selama 3 tahunan aku berhubungan dengannya tak pernah sekalipun dia absen muncul di jejaring sosial terpopuler itu. Meski hanya sekali posting atau menyapa ‘hai’ pokoknya dia pasti muncul. Tapi sekarang sudah sekian bulan berlalu tak kulihat lagi sosoknya dan foto-foto menarik darinya.

Kenapa dia tiba-tiba menghilang? Ada sesuatu yang terjadi kah? Jawaban itu sepertinya hanya Tuhan dan dirinya sendiri yang tahu.

6 komentar:

  1. kok ngilang sih? aneh.. smoga ga terjadi apa apa lah sama dia ya kak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, FBnya nggak deactive sih tapi dia udah nggak pernah update apapun lagi.

      Hapus
  2. move on ke twitter kali kak orangnya...

    BalasHapus
  3. semoga dia cepet nongol di FB yaa mbak..

    BalasHapus